Mohon tunggu...
susi
susi Mohon Tunggu... -

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Tiris, Disana Awal Aku Mengabdi

14 Juni 2015   21:26 Diperbarui: 17 Juni 2015   06:03 30
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Hari itu tanggal 01 Maret 2009 merupaka hari yang sangat berarti sekali buat saya, mengapa ? karna pada hari itu Alhamdulillah saya mendapatkan SK sebagai Abdi Negara dengan status CPNS calon pegawai negeri sipil. Dan ketika saya menerima SK untuk pertama kali yang saya lihat adalah dimana tempat saya akan bertugas. Dan ternyata saya harus bertugas di SMA Negeri 1 Tiris. Saat itu saya tidak tahu dimana letak sekolah ini. Karena memang saya baru bermukim didaerah ini kurang lebih 4 tahunan. Dan selama 4 tahun itu saya mengajar juga di salah satu yayasan. Dan selama itu saya tidak paham betul dengan daerah – daerah di kabupaten ini. Saya baru paham betul dengan lokasi tempat saya bertugas ketika ada salah satu teman saya memberitahu letak dan arah menuju SMAN 1 Tiris.

Dengan penuh rasa gembira dan bercampur haru saya jalani kewajiban saya sebagai Abdi Negara walaupun harus menempuh perjalanan yang bisa dibilang lumayan juga. 2 x 32 kilometer itu adalah jarak yang harus saya tempuh pulang pergi.

Dan sekarang Alhamdulillah sudah 6 tahun saya menjalani kewajiban saya. Banyak pengalaman dan cerita yang menarik selama 6 tahun ini. Awalnya saya terkendala dengan bahasa sehari – hari masyarakat sekitar. Bahasa daerah yang digunakan adalah bahasa Madura. Banyak dari siswa – siswi yang menggunakan bahasa daerah ketika berkomunikasi. Tetapi saya beruntung punya rekan kerja yang mau membantu saya dalam pengenalan bahasa Madura. Jadi sekarang saya sudah bisa bahasa Madura walaupun kurang lancar.

Ada lagi pengalaman yang menarik, jika musim hujan tiba itu merupakan suatu berkah buat masyarakat sekitar sekolah yang bekerja di perkebunan. Tapi menjadi suatu tantangan besar buat saya pada awalnya. Suatu pagi ketika hendak berangkat sekolah sudah di hadang dengan hujan yang lumayan lebat, tapi saya harus tetap berangkat.

Dengan menembus lebatnya hujan dan tebalnya kabut dan medan jalan yang licin dan berbatu saya berusaha sampai disekolah. Tapi ketika saya sampai disekolah, hanya beberapa murid saja yang hadir kesekolah mungkin tidak sampai hitungan kesepuluh. Saya tanya kepada murid – murid yang datang saat itu. Jawaban dari mereka sungguh membuat saya merasa trenyuh.

“Ibu kalau musim hujan anak – anak gak punya jas hujan atau payung. Dan lagi rumah teman – teman jauh banyak yang dipelosok – pelosok. Dan lagi kalau musim hujan jalanan pasti licin sekali”.

Dari jawaban siswa membuat saya berpikir bahwa siswa siswi disini ada yang penuh perjuangan untuk datang kesekolah. Hal itu saya buktikan dengan melakukan homevisit beberapa hari kemudian dengan teman saya yang asli sana. Subhanallah, jalan yang saya lalui bener – bener super sekali. Membuat jantung saya berdebar – debar. Naik turun bukit, lewat jalan – jalan setapak hanya untuk mencapai satu rumah siswa. Sungguh pengalaman yang tidak akan saya lupakan.

Demikianlah sedikit tulisan dari saya mengenai pengalaman saya mengabdi di salah satu daerah pelosok.Semoga saya bisa memberikan yang terbaik buat anak didik saya di SMAN 1 Tiris. Amiin

 

 

 

 

 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun