[caption caption="Sumber gambar: http://mitra-ihsan-sejahtera.com/artikel-herbal/wujudkan-keluarga-bahagia-dunia-akhirat/"][/caption]
Ini terjadi sekitar lima tahun yang lalu. Kala ia memilihnya, kala sebuah keputusan besar dibuat. Nyatanya, keputusan yang ia ambil seorang diri hanya dengan mengandalkan hatinya itu hampir pasti akan mempengaruhi sisa hidupnya. Belum lagi, tak akan pernah ada yang bisa menjamin bahwa keputusannya itu adalah tepat, bahkan hatinya sendiri, yang paling ia andalkan untuk membuat keputusan itu. Namun satu yang ia yakini, bahwa dengan doa, ditambah dengan ketiadaan keraguan, satu keputusan besar dibuat: wanita cantik itu telah dipinangnya.
Hampir tiba saatnya, ia mengucapkan sebuah janji. Bukan sembarang janji, ia tak hanya berikrar terhadap seorang wanita shalihah yang ia ajak hidup bersama. Jauh lebih dari itu, ia berjanji dengan Rabb-nya, dengan keluarga wanita yang ia pinang, dengan seluruh tamu yang hadir di sana. Bukan main-main, sejak kalimat itu terucap, seluruh hidupnya berubah, hidupnya tak lagi hanya miliknya, jiwanya tak lagi hanya memikirkan badannya sendiri, dan hatinya sudah dikunci untuk hanya menjaga satu wanita dalam hidupnya.
Sudah pasti, hidupnya berubah. Kini semua dipikirkan berdua. Semua diusahakan berdua. Pusing, tapi indah. Betapa tidak, penghasilan yang dulunya sangat lebih dari cukup, sekarang nampak begitu harus dihitung hanya untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Rumah kecil yang harganya sedang pun jadi pilihan untuk mengawali bahtera itu. Sederhana, namun entah kenapa, baginya itu merupakan surga yang tak pernah ia rasakan sebelumnya, bahkan saat ia hidup dalam kelimpahan.
Mimpi-mimpi mulai dibangun bersama, perlahan. “Grand design” keluarga idaman memang sudah mereka bicarakan jauh sebelum ijab kabul pernikahan dilaksanakan, namun realisasinya memang membutuhkan detail yang jauh lebih rumit. Belum lagi jika masalah yang timbul adalah soal perasaan, soal perbedaan cara pandang laki-laki dan perempuan, perbedaan kebiasaan, atau masalah-masalah kecil yang timbul hanya karena kesalahpahaman yang sebenarnya tak layak disebut masalah. Namun mereka sadar, dua kepala adalah dua pemikiran, yang diperlukan hanyalah kerendahan hati untuk mau saling mengerti, dan itu sudah ada dalam pemikiran mereka, juga jauh sebelum hari sakral itu tiba.
[caption caption="Sumber gambar: http://palembang.tribunnews.com/2014/09/06/pesta-pernikahan-megah-berpengaruh-terhadap-kebahagiaan-rumah-tangga"]
Tahun berlalu dengan kebahagiaan, dan kapal kecil itu kedatangan anggota baru, seorang jagoan kecil yang memang sudah lama mereka tunggu. Ikat pinggang semakin dikencangkan, otak pun semakin dipaksa berpikir untuk dapat memenuhi semua kebutuhan sang buah hati. Tak melulu soal material, mereka berdua sadar, ada hal lain yang juga harus disiapkan berkaitan dengan kehadiran anugerah terindah dari Allah itu: sebuah konsep pendidikan. Bukan, bukan tentang matematika atau Bahasa Inggris yang mereka pikirkan, ini tentang bagaimana mengajarkan hidup kepada sang anak bahkan sejak ia masih kecil. Tentang memahami agama dengan lebih esensial. Tentang bagaimana dan mengapa menghargai orang lain. Tentang pentingnya memahami ilmu dan meraihnya dengan cara yang baik. Tentang kebebasan berekspresi dan menyalurkan bakat dengan jalur yang benar. Tentang arti berjuang dan mendapatkan sesuatu dengan keringat dan jerih payah. Tentang mengambil hikmah dari suatu kejadian. Ya, itu tak akan pernah menjadi tugas yang mudah, namun semua memang harus disiapkan sejak dini. Mereka paham sepenuhnya, bahwa perkembangan anak akan sangat terpengaruh dari lingkungan keluarga yang menemaninya sejak kecil, dan orang tua mengambil peran yang begitu besar di dalamnya.
…..