Contohnya, seorang ayah, padahal, baru saja pulang kerja, belum kering keringat, sudah dimintai untuk membantu pekerjaan rumah, persoalan tetangga saudara, masyarakat dan lain-lain. Itu artinya, Anda adalah seorang laki-laki, sangat wajar akan menjadi tempat bergantungnya anak, istri, keluarga, dan masyarakat. Kalau terjadi sesuatu pada keluarganya, maka yang akan ditanya pertama adalah ayah, atau suaminya.Â
Adapun makna yang kedua, seorang laki-laki juga bertanggung jawab menafkahi keluarganya, artinya harus aktif bergerak terus, keluar rumah, bekerja, dan sebagai sang penggerak. Laki-laki adalah memikul tanggung jawab terhadap keluarganya mereka semua mendapat perhatian semestinya sehingga keluarga harmonis dapat terwujud menjadi kenyataan.Â
Urusan mengenai anak bukan masalah kecil, ada satu nabi dalam Al-Qur'an yang hanya mengurusi anaknya saja, ini memberikan kesan mengelola, merawat keluarga sangat penting. Kisah inspirasi dari Al-Qur'an, bahwa bersama istrinya Nabi Ibrahim as., meski beliau sibuk berdakwah, namun tetap memperhatikan Ismail as, putranya, sehingga ketika tiba masanya diuji dengan menyembelih anaknya, sebagai suatu ujian ketaatan dari Allah Swt., sang anak bisa menerimanya. Kisah yang diabadikan dalam surat Ash-Shofat ayat 102. Para ayah harus aktif bergerak, memimpin kebaikan, perubahan, dakwah, tanpa melupakan perhatian kepada keluarganya.Â
Ustad Bendri memberikan kiat untuk semua peserta agar dapat membangun keluarga harmonis, yaitu "BABE". Sebuah akronim simpel, yang pertama, huruf B adalah "Baik", seorang ayah wajib atau harus baik, dan pasti baik terhadap anak-anaknya, selain kepada istrinya. Selanjutnya, A, adalah "Asik", seorang ayah harus asik atau menyenangkan buat anak-anaknya, termasuk istrinya, senang humor, bercanda, perhatian, meluangkan waktu, selain menafkahinya. Huruf B yang kedua, singkatan dari, "Bernilai", seorang ayah harus punya integritas, prinsip-prinsip, nilai kebaikan, menjadi teladan misalnya disiplin, jujur, tekun, cermat, cerdas, dan visioner. Huruf yang terakhir, E, " "Empati", Â seorang ayah wajib untuk bersikap empati terhadap anak-anak, dan istrinya. Misalnya, ketika anaknya pulang sekolah agak telat, ayah tidak segera marah, tetapi cobalah disapa dengan lemah lembut, rasakan posisinya, letih, lapar, dan haus. Ketika hasil ulangan anak tidak sesuai harapan, ayah tidak boleh menghakimi, marah, dan kecewa.Â
Kiat "BABE" tersebut jika diterapkan dengan istiqomah, kontinyu maka bakal memberi dampak positif bagi para ayah dalam membangun keluarga yang harmonis, insya Allah. Demikian Ustad Bendri Jaisyurohman mengakhiri topik pembahasan tentang "Mengoptimalkan Peran Ayah Dalam Pengasuhan Anak", dalam seminar keluarga harmonis, "Ayahku kuat, Ayahku hebat", pada siang hari menjelang sore itu.Â
Semoga bermanfaat.Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H