Foto kedua juga memaksa orang tersenyum masam. Pemandangan kontras terbayang antara tim polisi dan masyarakat “peninjau”. Banyak polisi merunduk taktis di balik sebuah mobil, sementara puluhan orang tegak berdiri di belakangnya. Beberapa malah memegang kamera ponsel untuk berselfi-ria.
Ini jelas bukan pertunjukan circus on the street. Bahaya dan tawa-ria bercampur menjadi satu. Puluhan penonton “merindukan” adegan tembak-menembak, agar segera mulai di depan mata mereka. Geli, heran campur deg-degan saat menyaksikan 2 adegan kontras yang diabadikan pada satu bingkai yang sama.
Masih banyak alibi yang disuguhkan masyarakat Jakarta meski drama serupa di negara lain adalah horor yang mengerikan. Di sana boleh menakutkan, di sini menyenangkan.
Belum kisah gosip tentang Polisi ganteng yang dipersoalkan memakai minyak rambut merek apa. Sang Polisi tetap cool, meski maut menghadang di depan mata. Atau rombongan pekerja di kawasan Thamrin yang malah nimbrung nonton “drama”, ketika diizinkan pulang lebih dini oleh atasannya. Semula dimaksud agar aman dan segera berkumpul dengan keluarga.
Melihat dengan kacamata komedi adalah satu sudut pandang. Namun, senang pada sensasi adalah hal lain yang memikat. Kebetulan keduanya berbaur menjadi satu, dan saling mendukung.
Snapshot lain menguatkan alasan ini. Lihat saja kecelakaan lalu-lintas yang malah menjadi sumber tontonan. Ini jelas semakin menambah kemacetan jalan raya. Di sana ada sensasi dan menyembul kelucuan mengikuti kekonyolan. Akibatnya, “penonton” memperlambat kendaraannya, bahkan dari arah yang berlawanan. Kemacetan menjadi-jadi dan meraja-lela.
Infotainment dan sinetron adalah primadona acara TV, karena selain menayangkan kisah lucu, juga berbumbu sensasi yang menyegarkan. Lucu dan sensasional adalah kombinasi padu yang merangsang syaraf tawa manusia Indonesia. Asyik sekali.
Saya tak paham apakah dugaan saya bahwa sense of humor tinggi berkaitan langsung dengan kebahagiaan. Tapi, paling tidak, Happy Planet Index (HPI) mengatakan demikian. Ini adalah indeks yang mengukur usia harapan hidup, kebahagiaan dan kesejahteraan masyarakat dari banyak negara di dunia. Tak disangka, Indonesia termasuk negara berindeks tinggi, terletak di urutan 22 dari 151 negara yang diukur.
Humor tidak hanya mengendurkan ketegangan. Jenaka tidak hanya melepaskan cekaman. Komedi tidak hanya membuang kepedihan. Humor juga melahirkan kebahagiaan. Tak hanya itu, humor membangun peradaban.
“When humor goes, there goes civilization”. (Erma Bomberg – Jurnalis terkenal asal Amerika)