“Ikut prihatin kala orang lain menderita dan merasa senang saat mereka bersuka”. Jangan terbalik, “Senang kala orang lain menderita dan sedih saat mereka bersuka”. Oleh karenanya, orang suka dibikin susah. Orang susah dibiarkan lebih menderita. Padahal, “Penderitaan akan berkurang dan kebahagiaan akan berlipat-ganda, bila dibagi kepada sesama”. “Pihak lawan” selalu salah, meski sedang benar. Kesalahan dicari-cari, kelemahan diungkit-ungkit.
Ilmu Psikologi menamakan ini sebagai “Psikologi orang kalah”. Konon, akibat nenek moyang kita dijajah beratus-ratus tahun lamanya, hingga mencetak inferior complex. Feodalisme merasuk sampai tulung-sumsum. Tak fair memang, kalau selalu menyalahkan penjajah Belanda yang sudah hengkang 70 tahun lalu. Belanda sudah lama move out tapi kita tak kunjung bisa move on.
Tidak sportif bukan di dunia sepak bola saja, atau olahraga belaka. Ia jamak terlihat di mana-mana, dalam bentuk beraneka warna; di rumah tangga, di kampung, di jalan, di kantor, bahkan di rumah ibadah. Tidak sportif lahir karena spirit ditinggalkan. Substansi dibuang, karena tak diperlukan lagi. Ruh tak penting, karena ternyata orang diakui “sukses” oleh masyarakat, tanpa itu semua. Memegang spirit sering sulit dan berbelit-belit. Itu karena letaknya jauh lebih dalam dari kulit. Perlu ketekunan dan ketelitian untuk menguliknya. Namun, percayalah, sekali tertangkap, semuanya menjadi lancar dan sederhana, dan yang penting, menyehatkan jiwa dan raga.
Sepak bola adalah olahraga. Tujuannya sehat jiwa dan raga. Kalau ada tindakan yang tidak membuat jiwa atau raga menjadi sehat, pasti tidak ada kaitannya dengan olahraga. Bobotoh bukan suporter Persib kalau masih memusuhi orang Jakarta yang kebetulan lewat di Bandung Selatan. Jak Mania bukan pendukung Persija kalau pemimpinnya masih kirim tweet yang bisa membakar amarah anggotanya. Bonek bukan penyemangat Persebaya kalau masih suka nekad ke Jakarta naik KA tanpa biaya.
Biar mudah, agar tak melenceng jauh, atau keliru arah, bila sedang menggeluti sesuatu, cari spirit yang ada di dalamnya, di tempat yang paling dalam. Gali yang menginspirasi, dan pegang teguh ruhnya sebagai arah ke mana akan melangkah. Insya Allah, perilaku sportif akan keluar begitu saja.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI