Mengenang kebesaran Prof. Iskandar sebagai Rektor, perasaan saya terusik, ketika baru-baru ini mendengar kejadian sebaliknya. Seorang Rektor dari Universitas terbesar dan tertua di Indonesia, telah melarang suatu diskusi mengenai sebuah buku yang dikarang oleh seorang perempuan. Alasan yang dikemukakan adalah "demi keamanan dan kebaikan bersama". Universitas tadi diancam oleh sekelompok orang. Universitas akan diserbu oleh masa dari suatu kelompok tertentu bila diskusi tetap diselenggarakan. Kali ini Rektor tadi surut. Hatinya berpihak kepada tirani yang sedang berkuasa. Kebenaran akademis dikesampingkan, entah kemana.
Beberapa hari kemudian, Seorang Rektor lain dari Universitas Negeri dari kota yang berdekatan, juga melarang diskusi dan pemutaran film berjudul "Sanubari Jakarta". Alasan yang dikemukakan juga serupa. Pihak Rektorat menerima ancaman dari kelompok masa tertentu untuk menyerang dan membubarkan acara, bila tetap dilangsungkan. Lagi-lagi Universitas, sebagai lembaga pendidikan tinggi, tidak mampu menjaga independensinya sendiri. Rektor telah memanjakan rasa hatinya yang sedang takut akan kehilangan kekuasaan dan membuang kebenaran akademis dari tradisinya. Memprihatinkan dan menyakitkan sekali.
3 cerita tentang 3 orang Rektor yang menjabat pada masa yang berselisih 34 tahun membangunkan saya bahwa nilai-nilai pendidikan yang paling mendasar di Indonesia, sedang terdegradasi menuju titik nadir. Keberanian Prof. Iskandar, yang kini sudah almarhum, untuk menjaga integritas Perguruan Tinggi, tidak ditiru oleh 2 orang Rektor yang saya ceritakan kemudian. Kebenaran dan kebebasan akademis sedang runtuh mendekati nilai-nilai kompromis yang menyedihkan. Kedua Rektor masa kini tadi, tidak mampu membawa amanah untuk dijaganya. Nampaknya, pendidikan anak-anak bangsa di tanah air kita tercinta sudah hampir berakhir.
Menjelang tidur malam ini, saya tidak bisa membayangkan bilamana kehidupan kampus tanpa diskusi. Perguruan Tinggi tanpa dialog. Universitas tanpa tukar-pikiran. Rektor takut akan ancaman fisik, dan masih banyak bayangan-bayangan hitam yang tidak menyenyakkan tidur saya. Ingin saya meminjam jargon bahasa latin yang berbunyi "Fiat Justitia Ruat Caelum" (Biar Langit Runtuh Hukum Harus Tetap Ditegakkan), dengan mengubahnya menjadi "Biar Langit Runtuh Kebebasan dan Kebenaran Akademis Harus Tetap Ditegakkan".
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H