Akibat ranking gini ratio tertinggi ini, banyak kritik warga yang disampaikan secara langsung maupun melalui media terutama media sosial. Artinya bahwa dengan berjalannya Keistimewaan DIY yang berkonsekuensi mengalirnya tambahan anggaran berupa Dana Keistimewaan belumlah mendongkrak perekonomian warga, dan justru meningkatkan angka ketimpangan tersebut.
Pihak Pemerintah DIY pun juga terbuka terhadap kritik tersebut ditandai dengan isi sambutan Sri Sultan yang mengharapkan adanya proses reflektif yang konstruktif dari semua pihak khususnya aparatur pemerintah daerah.
Dengan signal kuat dari Ngarsa Dalem yang membuka diri akan kritik dan masukan tersebut, maka harapannya hal ini disambut baik oleh seluruh komponen masyarakat Yogyakarta untuk memberikan ide dan gagasan yang transformatif untuk meningkatkan efektifitas Dana Keistimewaan agar kesehateraan masyarakat Yogyakarta semakin meningkat dan mengurani jurang ketimpangan sosial ekonomi.
Sebagai perwujudan slogan “holopis kuntul baris” sepatutnya kita warga yogyakarta untuk memberikan kontribusi apapun sesuai dengan kompetensinya guna memberi warna bagi Keistimewaan Yogyakarta agar lebih efektif meningkatkan kesejahteraan rakyat Yogyakarta tanpa meninggalkan upaya pelestarian sejarah dan budaya Yogyakarta.