"Lima puluh ribu. Uang rindu ternyata mahal," batinku sambil menerima pecahan uang lima puluh ribuan.
Betapa tidak rindu. Ikan baung yang tergolong ikan cukup mahal itu berasal dari sungai-sungai besar. Ikan itu pula mengingatkanku tentang kehidupan desa di tepi anak Sungai Musi yakni Sungai Rawas.Â
Dua belas tahun lebih aku tinggal di desa tepian Rawas. Selama itu cukup membuatku paham benar rasa daging ikan yang hampir setiap minggu kami nikmati di dusun dengan harga murah. Bahkan jika beruntung, mata kailku menangkap ikan bersengat itu menjadi lauk di petang hari.
Sampai di rumah, dua ekor ikan dengan berat mendekati satu kilogram itu segera kuberikan kepada ibu negara.Â
"Kepala dan ekor aku pindang ya, Yah," katanya. "Silakan," jawabku mengiyakan.
Bahagia rasanya, melihat binar mata ibu negara menerima catfish berprotein tinggi itu meskipun harus kehilangan uang cukup banyak untuk menebusnya.
Setelah tas kuletakkan, aku membuka laptop dan melanjutkan pertemuan Zoom yang terputus dari telepon pintarku. Zoom berakhir, pindang kepala baung pun sudah matang.Â
Masakan dusun Musi Rawas diracik oleh ibu negara yang orang Jawa tidak kalah lezat dengan masakan warga asli Musi Rawas.
Harum serai bercampur pedas jahe dan cabai, pun wangi daun salam dan pedar kunyit, cukuplah menggambarkan betapa lezat aroma kerinduan akan masakah bernama pindang baung.
Musi rawas, 31 Oktober 2024
Salam Blogger Sehat,
PakDSus