Suasana meriah menyelimuti pintu masuk utama kampus Universitas Negeri Semarang (UNNES) Gunung Pati Semarang saat kami tiba di sana pukul 06.30 WIB.
Selasa, 8 Oktober 2024, Â adalah hari yang istimewa. Rahmanisa Nur Hidayati, anak ketiga kami, mengikuti prosesi wisuda sebagai Sarjana Pendidikan dari Program Studi Pendidikan Fisika.
UNNES, kampus yang pernah aku idamkan adalah kampus yang berwawasan konservasi. Pohon tinggi nan rindang seakan memayungi gedung dan halaman kampus yang bermula dari Institut Keguruan dan Ilmu Pendidikan (IKIP) Semarang. Â
Rahmanisa, kami panggil Anis, tadinya tidak mau kuliah keguruan seperti keinginan ibunya. Namun, ia mengajukan syarat asal boleh mengambil jurusan yang minati, Fisika. Sang bunda mengiyakan. Akhirnya, tahun pertama perkuliahan ia lalui di rumah karena wabah Covid 19 melanda tahun 2020.
Sejak Covid hingga negara menyatakan terbebas dari wabah tersebut, beberapa kegiatan lomba mahasiswa ia ikuti meskipun tidak menjadi juara. Baginya, mewakili Prodi dan Fakultas cukup membahagiakan.
Menjadi mahasiswa Program Studi Pendidikan Fisika, Rahmanisa berarti siap memfokuskan diri pada pengembangan kompetensi calon guru fisika yang profesional, berwawasan konservasi, dan berdaya saing global.
Suasana Wisuda
Setelah menikmati pemandangan halaman kampus utama UNNES, pada pukul 07.00, kami bersama para orang tua wisudawan memasuki Auditorium, Gedung Prof. Wuryanto.
Tempat duduk kami berada di barisan kedua dari depan dan baris keempat dari sebelah kanan, deret orang tua atau wali wisudawan. Barisan kami tepat di belakang barisan paling belakang para wisudawan. Posisi ini cukup strategis untuk menyaksikan prosesi wisuda.
Wajah penuh rasa bangga dan haru terpancar dari para orang tua dan wali mahasiswa para wisudawan. Mereka menyaksikan para mahasiswa berkebaya nan anggun dan memakai topi hitam segilima dengan kuncir menggantung di bagian kiri depan.
Wajah-wajah para wisudawan yang dilihatlangsung para orang tua maupunyang ditampilkan pada layarmonitor memancarkan kebahagiaan sekaligus harapan.
Tiba saatnya Rahmanisa Nur Hidayati, perempuan kedua di rumah kami dipanggil. Gadis berusia 22 tahun itu melangkah dengan mantap menuju panggung. Meskipun menyaksikan melalui layar monitor, hal itu cukup membuat degup jantung kami semakin kencang. Â
Mata kami terpaku dan berkaca-kaca pada selempang kuning yang melingkar di pundaknya. Tulisan "Cumlaude" yang tercetak jelas tidak pernah diberitahukan kepada keluarga. Rasa haru dan bangga bercampur menjadi satu.
Pabila tidak kuusap, bulir-bulir kecil di sudut mata pasti menetes dan meluncur ke pipi akibat haru dan bahagia.
Rahmanisa, putri kecil kami, kini telah berhasil meraih prestasi yang membanggakan.
Selempang kuning yang mengalungi lehernya adalah simbol kerja keras, ketekunan, dan dedikasinya selama menempuh pendidikan di Universitas Negeri Semarang. Â
Berbagai tantangan dan rintangan telah ia lalui dengan semangat yang tinggi. Oleh karena itu, kami bersyukur atas pencapaiannya. Doa ayah, ibu, kakak,dan adik selalu menyertaimu. Semoga ilmu yang kamu peroleh berkah dan menjadi bekal untuk mengarungi kehidupan.
Selesai prosesi wisuda, kami menuju halaman gedung auditorium untuk mengabadikan momen bersejarah ini.
Masih segar dalam ingatan, ketika Anis kecil tamat TK kami tidak bisa mendampingi karena di sekolah kami pun harus membagikan buku rapor. Oleh karena itu, pada wisuda sarjana kali ini kami bertekad mendampinginya.
Momen wisuda kali ini istimewa karena Anis selain didampingi orang tua, kakak, dan adiknya, ia juga didampingi keponakannya yang pertama. Cahayu Eka Putri binti Bagua Aji Santoso menambah kebahagiaan kami mendampingi Anisa. Semoga kelak, Ananda menjadi seorang pendidik fisika yang  inspiratif,  berdedikasi, dan  bermanfaat bagi bangsa dan negara.
Semarang, 8 Oktober 2024
Salam Blogger Sehat
PakDSus
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H