"Kenapo, Bu?" tanya si sulung penasaran.
Ditanya si anak, Bu Eko pun bercerita.
"Kami hampir malu. Pas mau bayar, uang sudah Ibu keluarkan, eh, kasir bilang tidak terima tunai, pakai KRIS. Ha ... ha ...!" cerita Bu Eko sambil terkekeh.Â
"Ibu mana punya uang nontunai. Ayahmu juga belum paham membayar pakai KRIS. Padahal ia sering SMS banking atau membayar GoCar dengan GoPay."
"Kan mudah saja, kalau sudah biasa membayar pakai GoPay?" timpal ayah Cahayu.
"Heh, mudah dari mana?" jawab Pak Eko gusar, "Sesuatu hal yang belum pernah dilakukan, ya, sulit. Apalagi dalam situasi yang membuat gugup itu. Untungnya tidak banyak yang beli. Jadi, malu kami hanya ditangkap oleh Mas Kasir." Sang kakek tidak kalah sengit membela diri.
"Terus?" tanya anak sulung mereka penasaran.
"Pertama saya mau bayar pakai SMS banking. Ayah tahunya mengetik nomor rekening tujuan. Eh, Masnya tetap saja meminta bayar pakai KRIS. Lalu, ayah bertanya, bisa tidak bayar pakai go pay?"
Dengan wajah berbinar, sang kasir menjawab, "O, bisa, Pak."
"Akhirnya, ayah membuka aplikasi Gojek. Mas Kasir melihat kegugupan ayah. Lalu ia meminta ayah menyentuh tombol bayar. Lalu, keluar layar yang serupa aplikasi kamera bertuliskan Powered by QRIS, Scan kode QR apa pun buat bayar. Kami pun lega. Akhirnya, roti itu pun berhasil kami bawa pulang."
"Jadi mudeng aku. Ada humor pengemis," ucap Pak Eko lagi, "Nggak ada duit receh! Pakai KRIS bisa, Om! Hua ha ha ha ...!"