Mohon tunggu...
Susanto
Susanto Mohon Tunggu... Guru - Seorang pendidik, ayah empat orang anak.

Tergerak, bergerak, menggerakkan. Belajar terus dan terus belajar menulis.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Termakan Omongan Sendiri

14 Juni 2024   17:38 Diperbarui: 14 Juni 2024   17:40 208
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Suara takbir menggema di langit desa Tegalejo. Masyarakat baru saja melaksanakan ritual tahunan, satu di antara dua hari raya, Idul Adha. Salat Hari Raya Idul Adha tahun ini masih dilaksanakan di Masjid Jami.

Beberapa ekor hewan kurban tertambat pada tiang-tiang di lapangan sebelah timur masjid. Tiga ekor sapi dan delapan ekor kambing. Para hewan kurban sebagian asyik menikmati rumput yang teronggok di depannya. Beberapa kambing mengembik dan berjalan berputar-putra. Mereka terlihat gelisah. Kambing-kambing itu seolah paham bahwa akhir hidup mereka tidak akan lama lagi. Ustaz Suyad sudah menyiapkan diri dengan goloknya yang mengkilap. 

Ustaz Anas pun tidak kalah sigap. Meskipun sudah berumur, tangan kekarnya siap memegang golok tajamnya yang siap memotong batang leher para hewan kurban. Ada satu lagi jagal kampung yang seharusnya datang. Akan tetapi, pagi itu ia tidak kelihatan batang hidungnya, Guru Leman. 

Guru Leman adalah orang alim yang mengajar di Perguruan salah satu ormas Islam terkemuka Indonesia. Guru Leman memiliki golok kebanggaan yang konon tajamnya setajam ... silet.

Guru Leman mengkhususkan diri menjadi penyembelih sapi. Apabila mata golok sudah menempel di leher sapi, sekali dorongan tangan saja maka kulit sapi yang liat akan segera menganga dan menjadi jalan mengucurnya darah. Tidak lama kemudian sapi itu pun tamat riwayatnya akibat kehabisan darah.

Sehari sebelum hari raya Idul Adha, Guru Leman berkata," Hewan itu memiliki keunikan, terutama sapi dan kuda. Kuda akan menendang jika kamu berada di belakangnya. Oleh karena itu, jangan coba-coba berdiri di belakang kuda dan melakukan gerak mencurigakan. Kuda akan menendang dengan kaki belakangnya. Bila mengenai organ vitalmu, hati-hati."

Kata "hati-hati" ia ucapkan beberapa kali, persis meniru presiden Jokowi ketika mengucapkan kata yang sama, hati-hati.

"Pak Guru, kalau sapi bagaimana karakternya? Aku sering lihat di TikTok sapi ngamuk dan menendang orang," kata Sahrul.

"O, beda dengan kuda. Anatomi titik berat sapi tendangannya ke samping. Coba kalian tonton insiden sapi menendang orang. Kebanyakan ia berada di samping, lalu si sapi menendang dengan salah satu kakinya."

Seperti mendapat komando, Sahrul dan kawan-kawan segera membuka aplikasi TikTok dan menuliskan kata kunci ditendang sapi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun