Lebih-lebih saat ini, para dalang makin sadar media dan teknologi. Mereka sering melakukan streaming, siaran langsung. Sesudahnya siaran itu dapat dinikmati kapan saja.
Sebut saja dalang-dalang viral seperti: Ki Enthus, ki Seno, Ki Manteb Sudharsono, Ki Cahyo Kuntadi, Ki Dwijo Kangko, Ki Syukron Suwondo, dan lain-lain semakin mudah ditonton aksinya tanpa harus mendatangi tempat pertunjukan.
Apakah pertunjukan wayang hanya dimiliki masyarakat jawa di Pulau Jawa? Ternyata tidak. Saya sebagai anggota Paguyuban Republik Ngapak sudah menikmati dua kali pertunjukan wayang ketika merayakan hari ulang tahunnya.Â
Terakhir, pertunjukan  dalam rangka perayaan HUT ke-3 Paguyuban Republik Ngapak. Paguyuban kami menyewa dalang dari Kabupaten Cilacap, Ki Ogi Sabdo Carito. Pertunjukan Wayang Kulit yang dihadiri Bupati Musi Rawas di desa Donorojo, Kecamatan Jayaloka itu bahkan jumlah penontonnya melebihi pertunjukan pada HUT ke-2.
Kedua pertunjukan wayang itu memakan biaya tidak sedikit. Oleh karena itu, ketika mendengar kabar dari teman guru bahwa perpisahan di sekolahnya 'nanggap' wayang kulit, tentu saja saya kaget.
"Luar biasa, biaya dari mana mendatangkan dalang untuk perpisahan kelas enam?" gumamku dalam hati.
Ternyata, yang mendalang adalah siswa kelas enam diiringi karawitan yang dimainkan teman-temannya. Berikut foto yang ia bagikan di Grup WA.
Musi Rawas, 10 Juni 2024
Penggemar Wayang Kulit,
PakDSus
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H