Mohon tunggu...
Susanto
Susanto Mohon Tunggu... Guru - Seorang pendidik, ayah empat orang anak.

Tergerak, bergerak, menggerakkan. Belajar terus dan terus belajar menulis.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Pilihan pada Dinihari

28 Februari 2024   06:15 Diperbarui: 28 Februari 2024   06:37 165
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Jam di dinding menunjukkan pukul 23.00 waktu Indonesia barat. Cukup larut, tapi tidak bagi lelaki yang jemari tangannya tidak lagi utuh menghitung sisa masa kerjanya sebagai pegawai negeri sipil.

Ia menatap layar komputer portabelnya tanpa berkedip. Sesekali dibetulkan letak kacamata plusnya agar lebih awas melihat layar.

"Mengapa baru kali ini kalian mempermasalahkan. Mengapa tidak dari awal. Atau saat itu belum ketemu?" 

Lelaki itu menghela napas. Ia bergumam karena ia mendapat pesan WA yang masih terpampang jelas di layar maupun di hapenya. 

Pakde, arti Pecinta dan Pencinta

Tulisan kolega si lelaki tua itu mengiringi gambar tangkapan layar yang menjelaskan perbedaan kata pencinta dan pecinta.

Kedua pencinta literasi itu berdialog melalui media penyampai pesan, WA.

Gusar, lelaki itu meninggalkan layar WhatsApp Web-nya lalu membuka KBBI VI Daring. Ia mengetikkan kata 'pecinta'. Ia menemukan makna bahwa pecinta memiliki makna orang yang bercinta.

Lalu, lelaki itu pun mengetikkan kata 'bercinta' pada kolom pencarian. Muncul dua makna di layar, yaitu menaruh (rasa) cinta dan bersetubuh atau bersanggama. Lalu ia mengetik sebuah pertanyaan.

Apa yang keliru, Bu?

Lalu ia menambahkan.

dari 2 makna itu, kita memilih makna pertama
misalnya, pecinta kopi berarti menaruh rasa cinta pada kopi. tidak akan ada yang memaknai bersetubuh dengan kopi

Lelaki itu mencoba membela diri. 

Hampir empat puluh lima menit, ia tidak mendapat jawaban. Tepat pada menit kelima puluh, ia mendapat balasan.

Jadi yang mana nih, pakde. Pencinta or pecinta. 

Tampaknya, kawan si lelaki itu meminta ketegasan. 

"Sebenarnya, aku lebih memilih kata pecinta. Jika dirangkaikan dengan kata literasi maka menjadi pecinta literasi. Guru pecinta literasi adalah guru yang menaruh rasa cinta pada literasi, bukan guru yang bersanggama dengan literasi," gumam lelaki itu di tengah keheningan malam dengan ego yang tinggi.

Oke pakde, kita pilih pencinta, ya? maaf slow respon, malam ini banyak acara ruwahan. agar anak gak ikut hape kutinggal

Pesan WA kembali berdering. 

Membaca pesan sahabatnya, ego lelaki paruh baya itu meluluh. Pasalnya, sambil menunggu jawaban ia meyakinkan diri dengan membandingkan penafsirannya dengan penjelasan penulis lain. Ada saran dari seorang penulis agar mudah memaknai kata pecinta sebagai orang yang bercinta dengan memberi tambahan kata 'dengan'. Lalu membandingkan nilai rasanya dengan kata pencinta yang berarti 'orang yang sangat suka akan'.

"Jika aku tambahi kata 'dengan' maka pecinta literasi berarti orang yang bercinta dengan literasi. Haa ... rasanya kok lain?" Lelaki itu berbicara sendiri. Mata plusnya melirik sudut kanan bawah layar laptop, pukul 00.10. Sudah lewat dini hari. Lelaki itu segera mengetik pesan:

baik, bu. aku ikut ibu memilih kata pencinta ketimbang pecinta. Jadi nama komunitas kita adalah Komunitas Guru Pencinta Literasi. akan tetapi, link website tetap gurupecintaliterasi(.)com, bu krn gak bisa diubah. jika begitu, kop surat kita ubah menjadi pencinta, demikian juga apabila kita membuat spanduk ketika mengadakan kegiatan.

Ia ingin menyimpan pesan itu dan mengirimkannya esok hari, tetapi jari telunjuk tuanya telanjur menekan tombol segitiga. Pesan terkirim 00.15.

Musi Rawas, 28 Februari 2024
PakDSus

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun