"Siap, Pak. Kami sudah di kantin sekolah," jawab Citra.
Waktu menunjukkan pukul 13.30. Perutku mulai terasa lapar. Kekuatan raw vegetable salad served with spicy sause alias lotek yang kumakan sebelum pukul 12 itu tidak mampu mengelabui cacing perut dari rasa laparnya.
"Izin makan dulu, ya. Mba Evi Kantin belum ngantar pesanan," balasku di kolom chat WA.
Aku memesan tempe goreng hangat dan segelas teh manis dingin kepada Mbak Evi melalui pesan WA. Mbak Evi adalah gadis pedagang jajanan di kantin sekolahku.Â
"Teh esnya jangan manis-manis, Mbak Evi, ntar ngalahin yang jual. Saya tunggu di ruang guru, ya!" pesanku berseloroh. kami biasa bercanda ketika jam istirahat tiba.
Menjelang pukul dua siang, tempe goreng hangat yang empuk datang. Ia ditemani segelas besar teh bercampur es lengkap dengan sedotan.
Sesudahnya kami terlibat dalam kesibukan berlatih membuat desain untuk pertama kalinya. Sebagian anak gagal karena tidak bisa masuk, sinyal internet lemah bahkan tidak ada sama sekali. Namun sebagian lainnya terus berusaha dengan sinyal yang fluktuatif.Â
Membayangkan kegiatan siang menjelang sore tadi sangat menyenangkan. Anak-anak berebut minta ditolong karena belum bisa memasukkan elemen maupun foto. Bahkan ada yang belum bisa mengakses aplikasi web itu.
Aku melanjutkan membaca pesan WA di dalam rumah. Tiba-tiba ibu negara tergopoh-gopoh masuk rumah.Â