"Besok tanggal tujuh." Helaan napas mengiringi gumamnya. Cemilan dan air putih hangat di meja belum disentuhnya.Â
Waktu istirahat yang hanya seperempat jam, biasanya ia manfaatkan sebaik-baiknya. Energi yang terkuras di kelas segera ia ganti dengan kudapan ringan dan air putih hangat. Kadang ia membawa sendiri bekal dari rumah. Namun, ada saja teman guru yang membawa cemilan dari rumah untuk dinikmati bersama di ruang guru. Apalagi jika ada peristiwa istimewa di rumah.
Teman-temannya yang muslim, apabila malam harinya ada kenduri paginya pasti bawa makanan. Apalagi yang baru punya hajat, sudah pasti ruang guru akan riuh karena makanan dan jajanan berlimpah.
Begitulah kekeluargaan di SMP tempat There mengajar. Toleransi terjalin, kerukunan terjaga, para guru seperti keluarga.
"Hai, Bu There! Tumben cemilan masih utuh? Dietkah?" seloroh Ahmad, guru olahraga.
Ditegur teman gurunya, There hanya tersenyum.
"Hey, Pak Eko! Lihat, nih, Bu Guru Agama kita. Tidak biasanya dia murung. Apa takut ia bakal bawa makanan besok, ya!" cetus Ahmad kepada rekannya.
"Loh, memangnya ada apa besok pagi?" tanya Eko dengan mimik keheranan.
"Ish ... pura-pura lupa, ya, Pak Eko. Lihat di Daftar Guru di dinding sebelah sana, satu sembilan tujuh enam kosong delapan kosong tujuh dua ribu lima kosong satu dua kosong kosong satu. Besok hari istimewanya, Pak Eko," kata Ahmad sambil tertawa. Guru olahraga itu tahu-tahu sudah duduk di kursinya dan mulai menyeruput air teh manisnya.
"Ya, ampun, aku lupa. Selamat menjelang ulang tahun ya, Bu There yang cantik. Semoga panjang umur, berkah Tuhan selalu. Nambah tua, ya!" ucap Eko sambil berseloroh.
Ucapan selamat dari guru konyol itu awalnya menyenangkan, tapi ujung kalimatnya bikin dongkol juga. Iya, tua sih tua, mbok jangan dikatakan, lo. Mana ada sih perempuan dikatakan tua, kecuali diri sendiri mengakui. Itu pun untuk membela diri karena lupa membaca sesuatu atau hal alpa lainnya.
"Iya, nambah tua!" jawab There sengit.
"Aduh, Pak Eko ini. Orang lagi murung malah dibikin marah. Mana ada perempuan mau dikatakan tua, he! Tua ya, tua. Mbok jangan dikatakan gitu, lo!" timpal Ahmad, seolah membela There, namun ia makin membuat guru yang sedang ditinggal suaminya dan anaknya di hari ulang tahunnya makin dongkol.
Sang suami mendapat tugas dari pimpinan perusahaannya tugas luar ke Surabaya. Sementara anak lelaki semata wayangnya tidak bisa menemani sang mama merayakan ulang tahun di rumah. Tugas kuliah menjadi alasan ia menginap di tempat kos temannya.Â
Kedua lelaki paruh baya itu pun tertawa cekikikan.Â
There tidak benar-benar marah. Guyonan semacam itu sudah biasa dan menjadi media pengakraban di antara mereka.
"Pak Eko, sini!" Dengan nada tinggi There memanggil rekannya bernama Eko itu.
Si pemilik nama pun menoleh kepada Ahmad. Dengan kode tertentu seolah ia meminta persetujuan Ahmad untuk mendekat ke meja. Ahmad mengangguk tanda menyetujui Eko mendekat ke bangku sang guru agama.
"Pak, aku mengucapkan terima kasih, Pak Eko sudah memberi ucapan selamat ulang tahun untukku. Ucapannya bagus banget," kata There membuat Eko tersipu.Â
Eko menoleh ke arah Ahmad. Si Ahmad memberi kode menangkupkan kedua telapak tangan. Eko cepat membaca kode dari guru olahraga tersebut.
"Hmm ... saya minta maaf, Bu. Tadi cuman guyon aja."Â
Eko meminta maaf dan mengulurkan telapak tangan kanannya. There tersenyum. Akting marahnya meluluhkan guru Bahasa Indonesia itu.
"Nggak papa, kok. Memangnya saya masih muda, sudah berumur, 'kan? Tapi, sebagai gantinya saya minta hadiah kepada Pak Eko, boleh 'kan?" pinta There dengan mimik serius.
Eko terhenyak. Hadiah apa gerangan? Istrinya ulang tahun saja jarang sekali meminta hadiah ulang tahun.Â
"Hadiah apa gerangan yang diminta bu There?" batin Eko.
"Pak Ahmad jadi saksi ya!" pinta There sambil menoleh ke meja Ahmad.Â
Lelaki itu hanya mengangguk, gestur tubuhnya menunjukkan dia akan segera beranjak keluar. Waktu istirahat hampir habis. Ia harus masuk ke kelas 8C.
"Aku minta Pak Eko bikin tulisan untukku! Untuk hadiah ulang tahunku besok," sambil berkata begitu, There beranjak dari tempat duduknya dan bersiap ke kelas 8A memberikan pelajaran agama Katolik.
Eko masih terpaku ketika bel otomatis sekolah berbunyi. Waktu istirahat pertama sudah habis. Waktunya murid dan guru kembali melakukan aktivitas belajar mengajar.
Eko harus masuk ke kelas 9A. Ia akan memberi tugas kepada mereka, namun ia sendiri sedang mendapat tugas dari rekan yang baru saja diledeknya.
"Harus nulis apa?"Â
Musi Rawas, 07 Agustus 2023
Selamat Ulanga Tahun, Sahabatku: Theresia Martini.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H