Ucapan selamat dari guru konyol itu awalnya menyenangkan, tapi ujung kalimatnya bikin dongkol juga. Iya, tua sih tua, mbok jangan dikatakan, lo. Mana ada sih perempuan dikatakan tua, kecuali diri sendiri mengakui. Itu pun untuk membela diri karena lupa membaca sesuatu atau hal alpa lainnya.
"Iya, nambah tua!" jawab There sengit.
"Aduh, Pak Eko ini. Orang lagi murung malah dibikin marah. Mana ada perempuan mau dikatakan tua, he! Tua ya, tua. Mbok jangan dikatakan gitu, lo!" timpal Ahmad, seolah membela There, namun ia makin membuat guru yang sedang ditinggal suaminya dan anaknya di hari ulang tahunnya makin dongkol.
Sang suami mendapat tugas dari pimpinan perusahaannya tugas luar ke Surabaya. Sementara anak lelaki semata wayangnya tidak bisa menemani sang mama merayakan ulang tahun di rumah. Tugas kuliah menjadi alasan ia menginap di tempat kos temannya.Â
Kedua lelaki paruh baya itu pun tertawa cekikikan.Â
There tidak benar-benar marah. Guyonan semacam itu sudah biasa dan menjadi media pengakraban di antara mereka.
"Pak Eko, sini!" Dengan nada tinggi There memanggil rekannya bernama Eko itu.
Si pemilik nama pun menoleh kepada Ahmad. Dengan kode tertentu seolah ia meminta persetujuan Ahmad untuk mendekat ke meja. Ahmad mengangguk tanda menyetujui Eko mendekat ke bangku sang guru agama.
"Pak, aku mengucapkan terima kasih, Pak Eko sudah memberi ucapan selamat ulang tahun untukku. Ucapannya bagus banget," kata There membuat Eko tersipu.Â
Eko menoleh ke arah Ahmad. Si Ahmad memberi kode menangkupkan kedua telapak tangan. Eko cepat membaca kode dari guru olahraga tersebut.
"Hmm ... saya minta maaf, Bu. Tadi cuman guyon aja."Â