"Bu, nanti sore ayah tidak berbuka puasa di rumah," pamit Guru Eko kepada sang istri.
"Kalau bisa tiap sore, Yah. Jadi aku nggak perlu masak lagi."
"Lo, kok jadi ketus begitu? Paguyuban mau bukber, Bu. Ini giliran kecamatan kita buka puasa bersama. Untuk kecamatan lain, ya, nggak ikut. Urusan makan, di rumah sih tetap, he he he ...," bujuk Guru Eko. Ia paham, perempuan kalau sedang tidak puasa, kadang-kadang emosinya labil. Eh, bener nggak, sih?
"Ya, sudah, hati-hati di jalan. Pokoknya janji di awal masih tetap dipegang. Apa pun yang Ibu masak, harus dimakan," tukas bu Rumi mengingatkan.
"Beres, Sayang!" goda Pak Eko.
Kembali ia membuka pesan di WA dari sang Ketua Paguyuban Republik Ngapak. Kumpul jam 17.00, tempat bukber di rumah Kang Misar. Untuk meyakinkan, ia pun menelepon sang Ketua. Meskipun jarak rumahnya berjauhan, mereka sepakat berangkat pada jam yang sama, sehingga pukul 17.00 sudah sampai di tempat.
Setelah berpakaian pantas, Guru Eko pun menuntun keluar motor kesayangannya. Ia berpamitan, kemudian segera berangkat menuju lokasi dengan hati-hati. Maklum, jalanan pada waktu petang sangat padat. Hilir mudik para pemburu takjil memadati jalan provinsi yang membelah wilayah kecamatan tempat tinggalnya itu.
***
"Assalaamualaikum!" sapa Guru Eko setelah sampai di tempat. Sang tuan rumah yang diberi salam pun menjawab dengan ramah.
"Wa'alaikum salaam, masuk!" ajak Kang Misar. Kang Misar pensiunan pegawai Pos Indonesia mengajak masuk para tamunya yang mulai berdatangan. Para sahabat Guru Eko, para anggota paguyuban Republik Ngapak Musi Rawas, segera masuk ke ruang tamu. Sisanya di teras, duduk di kursi tamu yang dikeluarkan. Mereka yang di dalam duduk lesehan di atas tikar.
Setelah beramah-tamah, pukul 17.50, acara resmi dimulai. Guru Eko yang diminta menjadi pembawa acara mengatur sekaligus memandu acara buka bersama petang itu.
"Saudara-saudara, meskipun buka bersama dilarang bagi ASN, akan tetapi bagi kita masyarakat tidak ada yang menghalangi. Apalagi buka bersama ini tidak menggunakan dana APBD atau APBN, 'kan? Oleh karena itu, mari kita awali pertemuan ini dengan membaca lafadz basmallah," ucap guru Eko memulai acara.
Acara pun dilanjutkan dengan sambutan tuan rumah, sambutan ketua paguyuban, dan hikmah Ramadan yang disampaikan sesepuh sekaligus tokoh agama paguyuban.
Dalam sambutannya, ketua mengatakan bahwa buka bersama merupakan tradisi yang dilakukan umat Muslim, tidak terkecuali anggota paguyuban. Buka bersama penting karena bermanfaat, di antaranya: meningkatkan kebersamaan dan solidaritas, menjaga silaturahmi, dan mendapat pahala karena belajar ilmu agama yang disampaikan melalui kajian hikmah Ramadan dan melaksanakan salat Maghrib berjamaan.
Ketua pun menambahkan bahwa sore itu, mereka kedatangan tambahan anggota.Â
"Saudara-saudara yang berasal dari suku Melayu, Padang, atau lainnya, yang beristri orang Ngapak, berarti sampeyan adalah anggota paguyuban dan akan diterima dengan senang hati dan bersama-sama bersinergi, kompak, saling membantu dan memberi dukungan bagi rekan yang membutuhkan. Nah, selamat datang kepada Kang Ujang. Meskipun sampeyan orang Padang, istri Anda orang Ngapak. Dengan ini sampeyan sekeluarga resmi, menjadi anggota Paguyuban. Panggilan resmi di Paguyuban adalah Kakang untuk yang laki-laki dan Mbekayu untu yang perempuan," jelas sang Ketua.
Orang yang dimaksud sang Ketua pun merespon dengan mimik lucu dan gembira. Demikian pula anggota baru lainnya.Â
Pada acara hikmah Ramadan, sang Sesepuh menerangkan tentang pentingnya berpuasa serta makna yang terkandung.Â
Pukul 18.19 WIB, tanda waktu berbuka berbunyi. Mereka pun membatalkan puasa dengan meneguk air minum dalam kemasan dan memakan camilan sekadar untuk membatalkan puasa. Setelah itu, berbondong-bondong ke musala melaksanakan ibadah salat Maghrib berjamaah.
Selesai salat, teman-teman kembali ke rumah Kang Misar untuk santap sore. Lauk yang disajikan adalah rendang daging, sambal goreng tempe bercampur kacang, soto ayam, dan irisan timun sebagai lalap.
Di tengah-tengah kesibukan makan, guru Eko menceletuk.
"Boleh tidak ya, tukar? Aku ngambil daging rendang yang gede, ternyata lengkuas!"Â
Bapak-bapak dan ibu-ibu yang rata-rata paruh baya pun tertawa bersama.
PakDSus
Kisah Ramadan (4)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H