Mohon tunggu...
Susanto
Susanto Mohon Tunggu... Guru - Seorang pendidik, ayah empat orang anak.

Tergerak, bergerak, menggerakkan. Belajar terus dan terus belajar menulis.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Takjil Sore Ini

24 Maret 2023   00:59 Diperbarui: 24 Maret 2023   01:57 483
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Seperti janjinya, sore ini Guru Eko mengajak istrinya belanja makanan untuk bahan takjil maghrib nanti. Mereka berdua berboncengan menyusuri jalan poros yang membentang dari selatan ke utara. Di dekat pasar bertebaran 'pedagang kaget' yang menggelar dagangannya di atas meja dan dijajakan di pinggir jalan. 

Aneka jajanan dijual di sana. Makanan khas Sumatera Selatan seperti: tekwan, model, mi cuka, dan pempek dijual di berbagai tempat. Selain itu aneka sayur matang, bubur, lauk pauk, somay, kue basah dan kering, serta gorengan tidak ketinggalan.

Aneka Takjil (Dok. Pribadi)
Aneka Takjil (Dok. Pribadi)

Pada siang hari, rasanya ingin membeli semua makanan yang tampak enak dan menarik semua. Namun, Guru Eko sadar bahwa hawa nafsu untuk makan harus ditepis. Selain sudah mulai memasuki usia lanjut, setelah bedug maghrib atau sirine tanda waktu berbuka tiba, seteguk air telah mengalahkan nafsu makan yang menggelora di siang hari. Oleh karenanya, Guru Eko menyuruh istrinya untuk membeli makanan seperlunya.

"Takjil, Bu? Silakan, mau yang mana?" sapa seorang penjual dengan ramah. 

Mendengar sang pedagang menawarkan dagangannya, reflek mata bu Rumi melirik suaminya. Lirikan itu mengingatkan peristiwa sore kemarin ketika Guru Eko menjelaskan makna takjil di warungnya.

Sang suami hanya tersenyum. Setelah barang kebutuhannya terbeli, berangsur mereka memutar setang motor dan kembali ke rumah.

Guru Eko melajukan motornya lambat-lambat. Selain jalanan padat, ia ingin menikmati pemandangan yang hanya akan terlihat setiap bulan Ramadan. Sesekali ia disapa dan menyapa kawannya yang kebetulan berpapasan. Meskipun jalanan yang padat sudah terlewati, motor masih melaju dengan lambat. Waktu berbuka pun masih sejam lagi.

"Yah, tuh 'kan. Takjil bukan cuma menyegerakan berbuka. Mereka menggunakannya untuk menggantikan jajanan. Ayah lihat tidak spanduk yang dipasang di salah satu stand tadi 'Aneka Takjil Pilihan', begitu."

Guru Eko yang merasa telah memberikan pengertian takjil berdasar ceramah ustadz yang menyitir hadis nabi, terdiam. Dalam hatinya pun mengiyakan. Sebab, bahasa itu dinamis. Jika sebuah kata dengan pengertian tertentu dan dipakai banyak orang serta dianggap benar, maka bisa saja kata itu akan bergeser maknanya dari makna asalnya. Terbayang laman kbbi.web.id bahwa hanya satu makna takjil, yaitu mempercepat (dalam berbuka puasa).

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun