Mohon tunggu...
Susanto
Susanto Mohon Tunggu... Guru - Seorang pendidik, ayah empat orang anak.

Tergerak, bergerak, menggerakkan. Belajar terus dan terus belajar menulis.

Selanjutnya

Tutup

Hobby Pilihan

Perjalanan Menuju Taruna

16 September 2022   20:11 Diperbarui: 16 September 2022   21:13 250
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Junior (Gambar SS Profil di Kompasiana)

Pada tahun 2010, rasa ingin dan suka mencoba hal baru pada diri saya cukup besar. Oleh karena itu, saya membuat akun Kompasiana. Menurut catatan Kompasiana saya terdaftar pada 21 Januari 2010. Sudah hampir 13 tahun. Angka yang lumayan besar. Jika dianalogikan dengan anak, ia sudah tamat sekolah dasar. Namun, namanya coba-coba dan tidak tahu harus berbuat apa, akhirnya Kompasiana saya tinggalkan. Pertama, belum bisa menulis (sampai sekarang belum mahir juga). Kedua, tidak tahu harus bagaimana selanjutnya. Bersyukur, Kompasiana sungguh baik hati. Member yang sudah membuat akun di sini dan akunnya dianggurin demikian lama, tidak dihapus.   

Waktu pun terus berjalan. Tibalah masa pandemi. Bulan Maret 2020 menjadi masa awal bencana mengerikan yang menimbulkan kontroversi pada awalnya. Pemerintah pun cepat tanggap dan segera menghentikan kegiatan pembelajaran tatap muka. Sebagai gantinya, dilaksanakan pembelajaran dengan strategi pembelajaran jarak jauh. 

Saya dan jutaan guru di Indonesia melaksanakan pembelajaran jarak jauh dan lebih banyak di rumah karena sekolah tidak dibuka. Hari berganti, minggu menjadi bulan, saya pun sampai pada bulan September 2020. Teman pengurus PGRI Kabupaten membagikan link tulisan. Isinya resume kegiatan belajar menulis. Saya pun mendapat "iklan" untuk ikutan. Lalu saya menghubungi nomor "...515" yang tak lain nomor Om Jay atau Dr. Wijaya Kusumah, M.Pd., alias Guru Blogger Indonesia. Saya pun terdaftar sebagai peserta Kelas Belajar Menulis Bersama PGRI, Penerbit Andi, dan Om Jay pada Gelombang 15. Sampai hari ini, grup WA Gelombang 15 tidak pernah saya hapus. 

Gemas dengan kiriman link dari Om Jay -tentu saja link Kompasiana- yang melintas di lini masa maka saya pun tergelitik untuk melanjutkan menulis di Kompasiana. Tambah lagi, Om Jay pun sering "memamerkan" yang tujuannya memotivasi untuk mau menulis di Kompasiana, yaitu K-Reward berupa saldo Go-Pay. Besarnya lumayan, ratusan ribu. 

Sesekali saya pun menayangkan tulisan di Kompasiana. Tulisan di blog saya "salin" dengan sedikit parafrase dan keterangan bahwa tulisan itu sudah terbit di blog pribadi. 

Perjalanan saya sejak menjadi Debutan lalu menjadi Junior hingga kurang 250-an poin menuju level Taruna lumayan berat. Setidaknya dua kali tulisan ditendang karena kebanyakan kutipan dan sekali menggunakan gambar dengan menuliskan sumber tidak lengkap.

Sungguh, sebagai penulis blajaran (Jawa, pemula) mengumpulkan poin hingga 1501 agar "naik kelas" menjadi Taruna tidak mudah. Beruntung saya dimasukkan atau digabungkan menjadi anggota GWA Penulis Kompasiana. Sejak itulah, peranan media sosial khususnya WA untuk menambah poin cukup signifikan. 

Saling kunjung, saling sanjung, kadang saling kritik membuat keterampilan berbahasa produkti berupa tulisan ini, mudah-mudahan, meningkat. Dengan mengunjungi tulisan, lalu memberi rating, bahkan berkomentar akan meningkatkan pengunjung. Penulis Kompasiana adalah pribadi yang bijaksana, penuh apresiasi dan ikhlas hati memberikan penghargaan tanpa diminta. Tentu diawali dengan melakukan kunjungan. Sebab, dengan melakukan kunjungan dan memberikan komentar atau sekedar menyukai tulisan akan ada pemberitahuan dari Kompasiana. Selain dari itu, penulis Kompasiana adalah peribadi yang peduli.

Setelah saya berkunjung dan menyukai tulisan bahkan berkomentar, tidak lama pada lini masa ada notifikasi.

"Akun A memberi rating artikel X."

"Akun B memberi komentar artikel X."

"Akun B membalas komentarmu pada artikel X."

Begitu komunikasi interaktif Kompasiana dengan para penulis. Jadi, tanpa meminta dikunjungi pun, dengan berkunjung ke tulisan Kompasianer lainnya, akan mendapat balasan.

Hal Membahagiakan di Kompasiana

Hal yang membahagiakan di Kompasiana selain berhasil menyelesaikan tulisan dan berhasil menayangkan adalah mendapat Kunjungan Maestro, Pak Guru TJIPTADINATA EFFENDI. Penulis lain mungkin memanggilnya Opa atau Eyang dalam panggilan Jawa. Mohon izin saya memanggil beliau Pak Guru. Itu setelah saya membaca tulisan beliau "Tips untuk Para Guru Se-Indonesia". 

Ibarat naik pohon, saat ini saya baru sampai di puncak pohon jambu di depan rumah. Saya ingin naik hingga setinggi pohon kelapa. Lalu saya ingin naik setinggi batang Sialang. Di sana bergelantungan sarang madu. Akhirnya, semoga bisa menjadi maestro, nantinya. Amin.

Musi Rawas, 16 September 2022
Salam dan bahagia,
PakDSus

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Hobby Selengkapnya
Lihat Hobby Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun