Mohon tunggu...
Susanto
Susanto Mohon Tunggu... Guru - Seorang pendidik, ayah empat orang anak.

Tergerak, bergerak, menggerakkan. Belajar terus dan terus belajar menulis.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Mahalnya Jajanan di Warung Tetanggaku

29 Agustus 2022   23:19 Diperbarui: 29 Agustus 2022   23:20 6311
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kemarin saya mau membeli jajan di warung tetangga. Seperti biasa, jajanan untuk kudapan saya beli di warung tetangga. Berbelanja di warung tetangga itu banyak keuntungannya. Pertama, jelas silaturahim. Zaman sekarang sudah berbeda dengan dahulu. Sekadar bertandang atau ngendong (Bhs. Jawa) ke rumah tetangga sudah sulit. Alasannya, kesibukan masing-masing. Kedua, memberi rezeki kepada tetangga. Tetangga berjualan untuk menghidupi keluarga. Terlepas besar atau kecilnya warung, dengan berbelanja di rumah tetangga kita menghidupkan roda perekonomian lingkungan kita. Ketiga, menyehatkan badan karena bisa berjalan kaki. Boleh juga lari-lari kecil, sih. Tidak perlu naik kendaraan bermotor. Nah, ini cocok. Sebab, BBM katanya mau berubah harga lagi dan membesar pula nilainya. Terakhir, yakinlah Anda tidak akan ditawari "Tiga ratus rupiahnya boleh disumbangin, Pak?". 

Setelah sampai di warung tetangga, betapa kagetnya saya. Harga di warung tetangga saya itu, sangat mahal. Nih, penampakannya.

Snack ciki ciki (sebutan snack berbentuk bola-bola terbuat dari jagung atau beras) harganya fantastis, 1000K. Makanan lainnya lihat foto berikut ini.

Makanan ringan seharga 2000K (Dok. Pribadi)
Makanan ringan seharga 2000K (Dok. Pribadi)

Kacang, roti wafer dan sejenisnya dipatok dengan harga 2000K. Wow! Saya terdiam. 

"Gimana, Pak De. Mau beli jajan apa?"

Di rumah tidak ada anak kecil. Cucu belum punya. Ada cucu juga anak tetangga yang sering datang ke rumah memanggil "Mbah Ayah" atau anak tetangga depan rumah yang neneknya sering memanggilkan saya untuk cucunya "Mbah Guru". Jajanan yang saya beli ya, untuk dimakan sendiri. Menemani minum teh sambil menulis artikel.

"Tinggal milih, Pak De. Yang kanan seribuan. Yang kiri dua ribuan."

O, ternyata huruf K yang ditulis di belakang harga itu "tidak berfungsi".

"Mas, aku pikir harganya sejuta sama dua juta. Ha ha ha ...," komentarku sambil tertawa. "Duitku cuman sepuluh ribu!"

"Ngopo ngguyu, Pak?" tanya si penjual dalam bahasa Jawa dengan nada heran.

"Ini, lo. Aku pikir seribu K artinya sejuta," kata saya.

"Apa iya, Pak?" tanyanya heran.

Si penjual ternyata tidak paham atau bermaksud lucu-lucuan? Jika lucu-lucuan, mengapa ia terheran-heran?

Apa arti 1000K?

Tanpa mencari tahu asal-usul 1000K itu apa, kita bisa melihat follower media sosial seperti Youtube atau IG. Kita tahu 1000K artinya satu juta. Namun jika kita ingin menyelisik lebih jauh tentang huruf K di belakang angka, kita bisa membaca media daring Kompas. Menurut Kompas, mengutip Merriam-Webster, satuan K memiliki kepanjangan kilo. Kilo adalah unit pengukuran dalam Sistem Satuan Internasional atau SI (https://money.kompas.com/read/2022/03/27/175216426/kenapa-100k-artinya-rp-100000-simak-asal-usul-arti-k-pada-harga?page=all). Di sekolah kita mengenal satuan berat kilogram (1000 gram). Juga satuan panjang kilometer, yaitu satuan panjang mewakili  1000 meter. 

Jadi, jelas sekarang, ya? Dalam mata uang, 1000K dibaca 1.000.000 atau satu juta. Sedangkan 2000K berarti 2.000.000 atau dua juta. Berbagai kombinasi penggunaan bisa saja berbentuk 10K untuk 10.000, 50K untuk 50.000 dan sebagainya.

Kembali ke warung tetangga. Setelah saya jelaskan, ia pun mengangguk-angguk. 

"Label harganya mau diganti atau dibiarkann, Mas?" tanya saya.

"Biarkan dulu, Pak. Ha ha ha, biar terkesan mahal!" Kami pun tertawa bersama.

Salam dan bahagia.

PakDSus

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun