Setiap orang memiliki pendirian dan keyakinan masing-masing. Anda juga 'kan? Ya, saya pun demikian. Dengan pendirian dan keyakinan yang dimiliki saya dan Anda memiliki sikap. Sikap Anda dan saya terhadap sesuatu pasti berbeda. Meskipun ada kalanya sama.
Sikap seseorang terhadap suatu objek bisa sama atau berbeda karena sikap merupakan cerminan perasaan. Jadi, saya setuju bila ada yang mengatakan bahwa sikap merupakan pernyataan evaluatif terhadap sesuatu: orang, benda, peristiwa, atau objek tertentu.
Sikap berkaitan dengan respon seseorang. Respon tersebut berkaitan dengan rasa yang berkembang dalam hatinya. Ada rasa senang, tidak senang, atau biasa-biasa terhadap suatu hal. Suatu hal tersebut saya sebut sebagai stimulus atas respon seseorang. Misalnya, ada stimulus: sampah kertas di samping tempat duduk. Ada tiga sikap yang akan dilakukan oleh sesorang. Ia akan membuangnya ke kotak sampah yang disediakan, menyingkirkannya begitu saja, atau membiarkan saja karena dianggap tidak mengganggu. Anda bebas mengambil sikap. Namun, secara umum, membuangnya ke tempat sampah dianggap sikap yang paling baik dibandingkan dua sikap lainnya.
Memupuk Sikap Baik Sejak Dini
Pada lini masa media sosial yang saya miliki muncul sebuah video. Video itu tentang perilaku anak-anak usia TK (Taman Kanak-kanak) yang membetulkan rok teman wanitanya agar menutupi lutut. Pada adegan berikutnya ada anak laki-laki yang membetulkan tali baju teman perempuannya yang menjuntai ke lengan. Adegan berikutnya terlihat anak lelaki yang menjaga temannya yang mengantuk agar tidak terjatuh, dan sebagainya.
Saya menyelusuri gambar tersebut menggunakan Google Lens. Setelah Google Lens menampilkan gambar, saya pun mencari sumber gambar. Saya menemukan sumber video itu pada kanal Youtube, wen zhang. Rupanya, video tersebut adalah sebuah video pendek (Short) yang dipublikasikan tanggal 15 Agustus 2022. Attitudes are created in the mind of child from childhood menjadi titel video berdurasi kurang dari satu menit itu.
Beberapa sikap penuh kepedulian anak-anak yang digambarkan pada video itu menyadarkan saya bahwa sikap perlu ditanamkan sejak kecil. Atau, sikap baik yang sudah tertanam sejak kecil perlu dipupuk dan dikembangkan agar menjadi karakter yang melekat hingga anak-anak tersebut ketika dewasa.
Jika kita menilik program Merdeka Belajar dari Kemdikbudristek, salah satu dimensi dari profil Pelajar Pancasila adalah beriman, bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa dan berakhlak mulia. Akhlak yang mulia adalah sikap yang secara universal dapat diterima. Peduli, suka menolong, disiplin, bekerja sama, sopan, bijak, adalah sikap-sikap mulia yang bersifat universal dan berterima pada masyarakat mana pun.
Mempraktikkan akhlak mulia, bermain peran untuk menunjukkan akhlak mulia, perlu sering-sering dilakukan. Bukankah pembelajaran dengan berbuat atau melakukan akan mudah dimengerti ketimbang mengajarkan dengan berceramah saja? Saya pun teringat kata-kata bijak dalam mengajar: saya dengar saya lupa, saya lihat saya ingat, saya lakukan saya mengerti. Selamat membelajarkan putera-puterinya, Bapak dan Ibu. Salam dan bahagia.
PakDSus
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H