"Nah, serius, nih," kata saya dalam hati.
Kedua anak pun saya panggil. Seperti sudah saya ceritakan di blog pribadi saya, anak yang bernama Fajar dan Sopyan menghadap. Kami bertemu di ruang guru.
Saya berasumsi, laporan perkelahian mengandung makna ada dua anak atau lebih yang baku pukul. Maka, pertanyaan yang terlontar adalah "Siapa yang memukul lebih dahulu?" Saya merasa geli ketika mereka menjawab, "Tidak tahu."
Fajar yang terisak-isak bahkan berkata," Tapi aku tidak ninju, Pak!". Sang anak berkata dalam bahasa Jawa. Si lawan pun tidak mengaku memukul. Ia mengatakan, "Aku gelute ngomong-ngomong." Apa? Berkelahi kok ngomong-omong? Mungkin maksudnya bertengkar saja.
Hampir saja tawa saya pecah mendengar pengakuan mereka. Di luar dugaan saya, mereka tidak berkelahi seperti yang saya bayangkan.
Perbuatan iseng Fajar menjewer telinga Sopyan, membuat Spoyan meradang. Kata-kata Sopyan yang pedas membangkitkan amarah Fajar.
"Nggawe aku ngamuk (membikin aku marah besar)," terang Fajar.
Pertengkaran, adu mulut antarmurid adalah percikan. Bully-an atau perundungan menggunakan kata-kata yang tidak menyenangkan adalah percikan. Perkelahian, pengeroyokan, bahkan penganiayaan adalah bara api. Oleh karena itu, sebelum percikan menjadi bara api yang menjilat emosi serta menutup akal sehat bahwa mereka adalah teman sepermainan, harus segera dipadamkan.
Semoga semua peduli sehingga kriminalitas terkeji yakni pembunuhan yang dilakukan anak-anak, tidak lagi terjadi.
Salam dan Bahagia