Mohon tunggu...
Susanto
Susanto Mohon Tunggu... Guru - Seorang pendidik, ayah empat orang anak.

Tergerak, bergerak, menggerakkan. Belajar terus dan terus belajar menulis.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Mahasiswi Berjilbab Itu

15 Januari 2021   17:46 Diperbarui: 15 Januari 2021   17:52 113
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Amir sudah hampir setahun indekos di rumah Pak Oji. Amir bersekolah di SMA dekat rumah Pak Oji. Rumah Amir sendiri jauh di desa. Perlu dua jam naik motor sampai ke sini. Oleh karena itu, orang tuanya menitipkannya kepada Pak Oji. Pak Oji, pensiunan guru itu adalah sahabat ayahnya. 

Amir tidak tahu, peristiwa apa yang menyebabkan orang tuanya dengan Pak Oji menjadi akrab dan bersahabat. Yang ia tahu Pak Oji adalah pensiunan guru SMP kota ini yang cukup kaya hingga ia membangun beberapa kamar untuk kos anak-anak SMA yang membutuhkan. Meskipun begitu, pak Oji selektif menerima anak kos. Amir beruntung bisa diterima di sana.

Pak Oji mempunyai cucu seorang gadis kecil bernama Mala. Mala baru naik ke kelas dua ketika Amir mulai indekos di rumah ini. Kamar kos Amir dekat dengan pintu ruang tengah. Setiap ia pergi pulang acapkali berpapasan dengan Mala. Mala anaknya pendiam, tetapi tidak judes. 

Sudah satu semester lebih mereka "serumah" tetapi belum pernah sekalipun bertegur sapa. Amir hanya tersenyum dan Mala membalasnya dengan senyuman saja ketika mereka berpapasan. Pernah suatu ketika ia mendapat PR matematika tentang persamaan. Biasanya Pak Oji yang pensiunan guru SMP itu membantu Mala mengerjakan soal. 

Namun, karena kurang enak badan, ia menyuruh Mala belajar dengan Amir. Amir memang jago matematika, tetapi Mala menolak. Setengah berteriak ia menolak belajar dengan Amir. Suara Mala terdengar hingga kamar Amir. Amir hanya tersenyum. "Gak mau malah bagus. Gak mengganggu belajarku," gumam Amir lirih.

Tujuh tahun berlalu. Amir sudah menamatkan pendidikan sarjana, sebentar lagi wisuda strata dua. Sekarang ia sudah menjadi dosen di salah satu perguruan tinggi Islam di Kota Kembang, Bandung. 

Tahun ini Amir mengajar salah satu mata kuliah di Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Jurusan Manajemen Pendidikan Islam. Ketika ia mengajar, matanya beradu dengan seorang mahasiswi. Ia seperti mengenal seraut wajah. Wajahnya mirip anak SMP cucu Pak Oji. Tetapi ia tidak yakin. Wajah berjilbab itu tidak ia kenali. 

Namun ketika ia menandatangani kartu absen kuliah, ia membaca sebuah nama, Nunung Komalasari. Apakah mahasiswi itu si Mala dulu? Amir menyesal. 

Dua tahun di rumah Pak Oji ia tdak tahu nama panjang Mala. Sebagai pria dewasa yang masih lajang dan belum pernah mengenal apa itu cinta, hari ini tiba-tiba hatinya bergetar. Ada sesuatu yang sulit diungkapkan. Biarlah waktu yang akan menjawabnya.

Tulisan ini tersimpan di blog pribadi: susanto.com

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun