Mohon tunggu...
Susanto Purba
Susanto Purba Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiswa

Bergerak dari hal kecil..Mendatangkan sebuah perubahan besar..!

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Eksistensi Kearifan Lokal Rondang Bittang pada Etnis Simalungun di Wilayah Sumatera Utara

4 Maret 2021   16:45 Diperbarui: 4 Maret 2021   17:16 1248
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Simalungun adalah salah satu suku dari lima kelompok etnis Batak yang terdiri dari Toba, Mandailing / Angkola, Simalungun, Karo dan Pakpak/Dairi. Secara administratif, etnis Simalungun berada di Kabupaten Simalungun, Provinsi Sumatera Utara. Masyarakat suku Simalungun memiliki musik tradisional yang secara turun-temurun digunakan dan berfungsi dalam kehidupan sehari-harinya. Musik tradisonal Simalungun diwariskan secara turun-temurun secara lisan kepada generasi berikutnya.

Kekayaan alam dan budaya merupakan komponen penting dalam pariwisata indonesia. Kekayaan alam dan kekayaan budaya dapat dilihat dari keragaman budaya karena indonesia termasuk salah satu negara berpenduduk terbanyak di dunia, sehiongga memiliki keanekaragaman dengan warisan budaya yang kaya dan mencerminkan sejarah keberagaman etnis indonesia yang dinamis dimana dengan terdapat lebih dari tiga ratus kelompok etnik atau suku bangsa di indonesia atau tepatnya seribu tiga ratus empat puluh suku bangsa menurut Sensus BPS tahun 2010.

Suku batak merupakan salah satu suku yang ada di Indonesia yang menepati sebagian besar wilayah Sumatera Utara. Nama ini merupakan sebuah tema kolektif untuk mengidentifikasikan bebrapa suku bangsa yang bermukim di wilayah Sumatera Utara. Salah satu sub suku batak adalah Batak Simalungun yang sebagian besar menetap di wilayah Kabupaten Simalungun yang secara Geografisnya tersusun atas sungai-sungai, hutan-hutan, dan lembah-lembah perbukitan di daerah Simalungun.

Proses terjadinya pesta Rondang Bittang berawal dari kebiasaan pola hidup masyarakat Semalungun yaitu dalam bergtong royong. Gotong royong adalah satu-satunya pola hidup dalam bermusyawarah mufakat untukuntuk mencakup seluruh warga desa mulai dari anak-anak sampai dengan orang dewasa. Dahulu pesta Rondang Bittang adalah wadah bagi masyarakat simalungun untuk melaksanakan musyawarah desa.dimana anak-anak muda-mudi, sangat hormat pada orang tua tanpa pandang bulu, mereka taar dalam melaksankan hasil musyawarah desa. Sebagai wilayah agraris, mereka melaksanakan gotong-royong dalam mengolah tanah dengan marsiolop ari (marharoan).

Saat marharoan (gotong-royong), orang tua menyempatkan diri memberi nasehat antar sesame anggota, terutama pada muda-mudi tentang jenis tata karma kehidupan. Awal rondang bittang adalah hasil musyawarah dalam haroan, dimana orangtua melibatkan diri mendampingi muda-mudi. Kemudian musyawarah ini berkembang menjadi musyawarah desa dipandu oleh puang (perangkat pemerintahan desa) dan kemudian disepakatilah untuk merayakan perayaan pesta rondang bittang.

Biasanya untuk memulai pesta rondang bittang diawali dengan memuhun yang berarti meminta izin pada keturunan raja simalungun untuk melaksanakan kegiatan adat. Pihak yang menggelar, kegiatan akan memberikan sirih, ayam (dayok), beras dan sejumlah uang. Dalam meminta izin kepada raja-raja diberikan sejumlah uang mulai dari 6, 12, 24, dan 48 dalam bentuk sen dahulu dan saat ini dalam bentuk rupiah. Itu merupakan simbol kesejahteraan sekaligus ungkapan syukur dan bentuk penghormatan kepada raja-raja. Sebelum penyelengaraan pesta rondang bittang panitiai maupun keturunan raja-raja simalungun akan berziarah kemakam raja-raja yaitu; raja siantar, pane, tanah jawa,  purba, dolok silou, silimakuta, dan makan raja raya saragih garingging. Usai pulang dari makam,keturunan raja dan tetua adat saling memberikan dayok nabinatur. Makanan tradisi, ayam masak dicampur perasan kulit kayu, jahe dan cabai rawit jadi penutup mamuhun. Setelah dilakukan ritual tersebut barulah bisa dilaksanakan pesta rondang bintang tersebut.

Rondang bittang adalah pesta khusus yang dilaksanakan dari rakyat oleh rakyat dan untuk rakayat yang dapat juga disebut sebagai pesta di garama anak boru (pesta muda-mudi) yang dilaksanakan setelah panen raya sebagai ungkapan rasa syukur kepada naibata dan ungkapan terima kasih kepada orang-orang yang telah melaksanakan gotong royong. Selain itu pesta rondang bittang juga bertujuan untuk mumbuhkan serta mempererat tali silahturahmi antar warga desa serta sebagai ajang untuk mencari jodoh yang sekaligus menerima nasihat dari piahk orang tua. Pesta rondang bittang juga merupakan salah satu wadah untuk menggali, menumbuh kembangkan serta mensosialisasikan adat budaya simalungun.

Adapun tata cara pelaksanaan pesta rondang bittang awalnya diprakarsai oleh para pemuda dan pemudi desa setempat. Setelah selesai panen para pemuda dan pemudi meminta nasehat kepada orang tua melaksanakan pesta rondang bittang dengan melaksanakan musyawarah, setelah disepakati kemudia para pemuda dan pemudi desa membentuk panitia pelaksanaan pesta rondang bittang yang kemudian mengundang pemuda dan pemudi desa-desa tetangga untuk hadir mengikuti pesta rondang bittang yang bertujuan untuk mempererat persaudaraan serta sebagai ajang untuk mencari jodoh. Waktu pelaksanaan pesta rondang bittang ini dilaksanakan setelah panen raya selesai yang dilaksanakan pada malam hari yang dilaksanakan di halaman atau lapangan di tengah desa.

Namun sekarang pesta rondang bittang telah diganti oleh pemerintah sebagai agenda wisata yang diawali pada tahun 1981 yang pertama kali dilaksanakan di kecamatan purba yang bertujuan kemudian berlanjut hingga sekarang ini. Pelaksanaan pesta rondang bittang setelah ditangani oleh pemerintah kemudian menjadi agen wisata bagi pemerintah kabupaten simalungun yang dilaksanakan bergantian di kecamatan-kecamatan yang ada di kabupaten simalungun untuk mengenal potensi wisata yang ada.

Rondang bittang adalah terang bulan yang merupakan dua suku kata yaitu rondang yang berarti terang benderang,melebihi terang yang biasa sedangkan bittang merupakan sebutan bintang dalam bahasa simalungun yakni sesuatu yang bersinar di malam hari yang salah satunya adalah bulan purnama. Itu sebabnya pesta rondang bittang biasanya di gelar pada malam hari di saat bulan purnama.

Pesta rondang bittang juga bertujuan untuk menumbuhkan serta mempererat tali silahturahmi antar warga desa serta sebagai ajang untuk mencari jodoh yang sekaligus menerima nasihat dari pihak orang tua. Pesta rondang bittang juga merupakan salah satu wadah untuk menggali, menumbuh kembangkan serta mensosialisasikan adat budaya simalungun. Keeksisan dari Pesta Rondang Bittang tersebut menjadikaan suatu pembaharuan yang memusatkan pada generasi masa kini yang secara umum hanya mengetahui keinginan sesaat saja, dapat dilihat dari sikap individualisme yang diperkuat sehingga tradisi yang ada pada budayanya jarang diketahui dan hal itu dapat menghambat keeksistensian budaya tersebut. Tradisi rondang bittang ini tidak hanya sekedar tradisi namun juga memiliki life histori yang mendalam dan memiliki nilai-nilai khusus yang ada didalamnya terutama yaitu nilai kesopanan, nilai budaya, dan nilai kebersamaan pada masyarakat Simalungun.

Sumber

Febrins, 2009 , "Keberadaan dan perkembangan Tor-tor Mannapei Suri-suri dalam pesta Rondang Bittang pada masyarakat Simalungun Skripsi untuk memperoleg gelar S1 pada program studi Seni Tari. Medan : Universitas Negeri Medan

Mulyana. 2003.Kamus umum bahasa indonesia Jakarta : Balai Pustaka

Sri Ulina, Martha, 2013, Tor-tor Bodat Na Haudanan Sebagai Seni Pertunjukan dalam Pesta Rondang Binttang di Kematan Raya Kabupaten Simalungun.skripsi untuk memperoleh gelar S1 pada program studi Seni Tari. Medan : Universitas Negeri Medan.

Nigsih, Susi Surah 2012 "Keberadaan Horja Harangan Pada Masyarakat Simalungun". Skripi untuk memperoleh gelar S1 pada program studi Seni Tari. Medan : Universitas Negeri Medan.

Yunigtyas,Risty, 2014, "Perkembangan Tor-tor Sombah Pada Pesta Rondang Bintang Di Simalungun. Undergraduate Thesis. UNIMED

Zuhafni P, Wiwin 2013. Dokumentasi tari berdasarkan fungsi di Kabupaten Simalungun. Skripsi untuk memperoleh gelar S1 pada program studi Seni Tari Medan: Universitas Negeri Medan.

https://daerah.sindonews.com/read/1423300/29/pesta-rondang-bittang-pesta- ungjapan-syukur-hasi-panen-dan-sarana-ca-jodoh-1562954077

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun