Mohon tunggu...
Susanti Hara
Susanti Hara Mohon Tunggu... Administrasi - Seorang pendidik yang suka berkreasi

Pembelajar aktif yang senang untuk terus berpartisipasi dan berkreasi untuk memberikan warna pada kehidupan

Selanjutnya

Tutup

Bola Pilihan

AGU Cup 2020: Mengasah Jiwa Kompetisi Anak dalam Bermain Sepak Bola

24 September 2020   07:30 Diperbarui: 24 September 2020   07:35 381
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Tim Jatira Merah Melawan Tim Putra Cicalengka - Doc. SHJ

Mengikuti perjalanan seorang anak memasuki Sekolah Sepak Bola (SSB) Jatira Bandung Soccer (JBS), perlahan membuka wawasan penulis mengenai dunia sepak bola. Apalagi ketika mengikutinya dalam kegiatan Festival Sepak Bola SSB Terbuka Piala Akademi Garut United (AGU) Cup 1.

Pada hari Sabtu dan Minggu, 19-20/09/2020, 12 tim peserta harus menunjukkan kepiawaiannya bermain bola di Lapangan Jaya Raga, Jalan Cimanuk, Tarogong Kidul, Garut, Jawa Barat.

Semua pertandingan pada hari pertama maupun kedua, tentu saja menarik.

Namun pada hari kedualah yang menurut penulis paling berkesan. Babak 8 besar. Dimana Jatira Merah sebagai Runer Up harus menunjukkan kecakapannya dalam bermain bola melawan Jatira Hijau sebagai juara di Poolnya.

Dalam pertandingan sebelumnya, Jatira Hijau menghadapi SSB Bhineka Elang Muda Indonesia (BEMI) Bogor (1-0). Saat Jatira Hijau berhadapan dengan Academy Garut United (7-0).

Aksi Jatira Hijau - Dok. SHJ
Aksi Jatira Hijau - Dok. SHJ
Sedangkan dalam pertandingan sebelumnya, Jatira Merah menghadapi Putera Cicalengka (0-0), dan saat Jatira Merah menghadapi SSB Setia Bandung (0-0). 

Tim Jatira Merah Melawan Tim Putra Cicalengka - Doc. SHJ
Tim Jatira Merah Melawan Tim Putra Cicalengka - Doc. SHJ
Mungkin, sebagian orang sudah bisa membayangkan siapa yang akan menjadi pemenangnya. Namun, ada motivasi yang menarik sebelum kedua tim ini berlaga di lapangan.

Coach Sobur, pelatih penjaga gawang U-13 JBS memotivasi kedua tim, "Selama berada di lapangan, siapapun bisa menjadi pahlawan. It's your show time."

Meski hasil akhir saat Jatira Hijau menghadapi Jatira Merah (7-0), namun kedua tim ini terlihat saling dukung dan tersenyum.

Jatira Merah-Jatira Hijau (Doc.SHJ)
Jatira Merah-Jatira Hijau (Doc.SHJ)
Menarik memang, seperti halnya ketika mengikuti latihan bersama, satu hari sebelum mengikuti festival, penulis menyaksikan langsung para pengurus JBS berada di lapangan memberikan arahan dan motivasi.

Penulis sempat penasaran dan bertanya pada seorang anak mengenai apa yang disampaikan Coach Encas Tonip, sebagai Legenda Persib, mantan pemain Timnas sepak bola yang saat ini menjadi pembina SSB JBS. Diluar dugaan, jawaban sang anak sangat singkat dan ringan, "Senyum, happy aja."

Hmmm...

Meski pada pertandingan berikutnya, babak semi final, Jatira Hijau harus menerima kenyataan menjadi juara 3 bersama melawan Batara Sumedang (0-0). 

Tim Jatira Hijau dan Tim Batara Sumedang hening sejenak saat adzan ashar - Doc.SHJ
Tim Jatira Hijau dan Tim Batara Sumedang hening sejenak saat adzan ashar - Doc.SHJ
Babak panjang hingga harus melewati babak adu pinalti 4-5.

Adu penalti - Doc. SHJ
Adu penalti - Doc. SHJ
Tentu menjadi catatan tersendiri, juara satu atau pun tidak, seorang anak yang telah berpeluh keringat, berjuang sepenuh hati mengikuti pertandingan dari awal hingga akhir haruslah mendapatkan apresiasi atas perjuangan mereka. Juara 3 ini tentu akan menjadi tolak ukur bagi pelatih, pemain, maupun pihak tertentu untuk mengevaluasi dan meningkatkan kapasitas pemainnya.

Pose Tim Jatira - Doc. SHJ
Pose Tim Jatira - Doc. SHJ
Mengutip apa yang disampaikan Coach Aceng Juanda, sebagai pelatih SSB JBS U-13, "Bintang tetaplah bintang, meski dia pernah melakukan kesalahan di lapangan dalam permainan sepak bola."

Benar bukan? Para pemain sepak bola ini adalah bintang lapangan selama permainan berlangsung. Dimana kita tidak pernah tahu apa yang akan terjadi selama permainan berlangsung. Mereka bisa salah menendang bola, mengirimkan bola pada kawan eh malah diterima tim lawan.

Festival ini tentu bukan hanya ajang unjuk kabisa atau menunjukkan seberapa hebat kemampuan seseorang bermain bola bersama timnya. Namun dari sinilah jiwa kompetisi anak akan terus terasah.

Seseorang yang memiliki jiwa kompetitif akan berani menghadapi tantangan-tantangan baru dan resikonya, berani mengikuti perlombaan serumit apapun dalam bidang yang disukainya, tetap memiliki semangat juang saat harus menerima kekalahan. Kegagalan sebagai warna kehidupan dan kemenangan sebagai motivasi untuk selalu bersyukur, optimis, dan memaksimalkan usaha dalam setiap pertandingan.

Tentunya, dalam setiap pertandingan bukan hanya membahas menang atau kalah, siapa lebih unggul, siapa melawan siapa, tapi jiwa kompetisi ini bisa melatih seseorang melampaui kemampuan batas diri, ilmu dan pengalaman untuk menjadi yang terbaik, hingga menemukan cara untuk terus meningkatkan kemampuan di masa yang terus menuntut persaingan.

Senada yang disampaikan Coach Sujana, Direktur Teknik SSB Jatira Bandung Soccer, dalam percakapan di grup WA Jatira; menang, kalah, draw, dalam permainan sepak bola merupakan hukum alam. Yang penting prosesnya. Sampai dimana anak berproses dalam latihan dan mengaplikasikannya dalam pertandingan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun