Mohon tunggu...
Susanti Hara
Susanti Hara Mohon Tunggu... Administrasi - Seorang pendidik yang suka berkreasi

Pembelajar aktif yang senang untuk terus berpartisipasi dan berkreasi untuk memberikan warna pada kehidupan

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Berbagi Praktik Baik Kegiatan Kepemimpinan Muda-mudi Disabilitas

15 Juni 2020   11:10 Diperbarui: 15 Juni 2020   11:21 65
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pemeriksaan suhu sebelum pulang - Dok. Susanti Hara

Masa PSBB ini tentu membuat kita memiliki banyak Pekerjaan Rumah (PR) sebagai warga negara Indonesia. Tentunya mengejutkan ketika masa WFH (Work from Home), tiba tiba mendapatkan undangan evaluasi pembelajaran program YwDLP (Youth with Disability Democracy Camp). Penulis sempat mengikuti kegiatan untuk menggali pembelajaran ini, memastikan kegunaan dan kebermanfaatan program tersebut di masa mendatang.

Enam orang peserta yang diundang begitu antusias menghadiri diskusi. Dua peserta berhambatan penglihatan, 1 peserta berhambatan fisik, 2 orang tua sebagai pendamping pada saat mengikuti kegiatan, dan penulis sendiri mewakili guru sekaligus pendamping pada saat kegiatan terdahulu, mengikuti kegiatan diskusi yang penuh kehangatan di Ruang Sekretariat PPUA-Jawa Barat Bandung, Jalan Turangga No. 25, Gedung KORPRI Jawa Barat.

Berkaitan maraknya penyebaran Covid-19, selain adanya pembatasan jumlah peserta, pengaturan jarak fisik saat duduk dan tatap muka antar peserta, protokol kesehatan pun dilakukan begitu ketat, seperti: pemeriksaan dan pencatatan suhu badan di awal dan di akhir kegiatan.

Rizki Estrada yang akrab dengan panggilan Kang Rizki selaku Project Coordinator YwDLP, memandu kegiatan dengan berdiskusi bersama seluruh peserta. Pada awal kegiatan, Kang Rizki menyampaikan tujuan kegiatan untuk membahas kebermanfaatan program setelah pelaksanaan, hal apa saja yang harus dilakukan untuk perbaikan program, materi kelas berikutnya, dan hal lainnya.

Diskusi awal - Dok. Susanti Hara
Diskusi awal - Dok. Susanti Hara

Dari kalangan peserta yang memiliki hambatan pendengaran menyampaikan kesulitan mereka mendapatkan media yang sesuai untuk mereka. Karena mereka memiliki hambatan penglihatan, sehingga mereka harus mengandalkan pendengaran atau indera lainnya untuk mengikuti kemajuan kekinian, salah satunya yang berhubungan dengan informasi Covid-19.

Fasilitas informasi mengenai Covid-19 bagi mereka masih kurang bersahabat. Mereka sering mencari informasi melalui jejaring Youtube karena informasi dari BNPP kebanyakan berupa flyer.

Menanggapi hal tersebut, Kang Rizki menyampaikan semoga kedepannya pemerintah bisa mengakomodasi untuk memperkaya fasilitas teknologi bagi mereka yang memiliki berbagai hambatan, seperti materi berbentuk audio, membuat media mudah seperti cuci tangan, dll. Hal ini tentu bisa direkam dan untuk membantu pihak  lainnya.

Ya, masa Covid-19 ini merupakan momentum supaya kita lebih peduli, mencoba melihat berbagai kapasitas seperti kapasitas keuangan, dimana dunia industri saat ini kebanyakan tidak  ada pemasukan. Bahkan mungkin (maaf: setelah lebaran banyak orang miskin baru). Dimana keseharian mereka sekarang cukup, mungkin besoknya mendadak berkekurangan.

Dari pihak orang tua sekaligus pendamping peserta berhambatan penglihatan,  Bu Yusi menyampaikan kebermanfaatan kegiatan yang sangat besar bagi putrinya, bagaimana cara penanganan berbagai hambatan, menambah pengetahuan, belajar lebih jauh dalam dunia ini tidak hanya ada 1 keterbatasan saja. Bu Yusi pun belajar bagaimana cara berisyarat ketika berkomunikasi dengan mereka yang berhambatan pendengaran, dan untuk bisa lebih belajar lagi untuk kedepannya,

Perwakilan Bu Yusi berharap, ke depannya mereka yang berusia 16 tahun mulai diberikan pembelajaran politik untuk persiapan memilih. Alangkah lebih baiknya jika mereka sudah dipersiapkan pelatihan pembelajaram politik karena pelatihan sudah terbukti menambah wawasan baru, banyak kenalan, pemgetahuan dalam dunia politik, serta motivasi lebih jauh untuk terjun dalam dunia politik apapun bentuknya, sekecil apapun kontribusinya.

Pendapat lainnya dari orang tua sekaligus pendamping berhambatan pendengaran, Bu Iis, menyampiakan kebermanfaat kegiatan, dimana beliau bisa menyaksikan langsung semua peserta berhambatan  saling menguatkan, mengubah pandangan orang tua tentang politik yang tadinya tidak tahu harus bagaimana di rumah, kemudian belajar untuk bisa memimpin adiknya, beradaptasi dengan lingkungan sekolah, lebih percaya diri dalam berkegiatan, dan lainnya.

Berikutnya, Bu Iis menambahkan betapa bermanfaatnya kegiatan permainan yang membuat semua peserta saling bahu membahu, lebih peka terhadapt kebutuhan teman, lebih peduli, tidak menutup diri dengan komunitas lainnya, orang tua tidak hanya mengurus putra putrinya tetapi juga terlibat sebagai peserta. Bahkan kalau bisa, Bu Iis menyampaikan agar peserta bisa ditambah lagi dari kegiatan sebelumnya.

Curhatan Alifa, Peserta hambatan penglihatan - Dok. Susanti Hara
Curhatan Alifa, Peserta hambatan penglihatan - Dok. Susanti Hara

Sementara Alifa dari kalangan peserta menyampaikan pandangannya bahwa pada awalnya baginya politik tidak dibutuhkan, hanya sarana berbagi dengan kakeknya, bergumam dalam.hati, menyimpan untk diri sendiri karena merasa pendapatnya tidak dibutuhkan, berpikir untuk apa politik, tidak ada manfaatnya....

Ternyata ...

Usai mengikuti kegiatan, Alifa menyadari banyak hal, pendapat atau masukan dari disabilitas sangat dibutuhkan, seorang disabilitas harus mengeluarkan pendapat untuk disalurkan sehingga dapat memperkuat pandangan berbagai pihak. Karena jika mengamati televisi, banyak berita yang masih membuatnya terombang ambing. 

Dari kegiatan inilah, Alifa dapat lebih menegaskan cara pandang, sempat berpikir menyedihlan ketika dibully dan menganggap orang tidak perlu tahu, ternyata setelah mengikuti kegiatan mengubah cara pandamgnya, menemukan jati diri cara bersikap, dan penyadaran kalau selama ini salah jika hanya menahan segala sesuatu untuk diri sendiri.

Menanggapi hal tersebut, Kang Rizki menyatakan kalau hal tersebut tergantung yang ditonton. Materi pelatihan sebelumnya tentu belum utuh, bahkan pengisi acara seperti temanAJI kesulitan untuk menyampaikan hal yang berkaitan ramah materi untuk bisa dimengerti peserta berbagai hambatan dan berbagai kebutuhan. Hal tersebut menjadi koreksi sekaligus menjadikan jurnalis melek membuat materi ramah disabilitas.

Kang Rian sebagai salah satu peserta berhambatan penglihatan, menyampaikan bahwa evaluasi sangat significan. Pelatihan dilaksanakan di hotel  dan diuji di luar ruangan. Dimana peserta dibiasakan untuk jangan membiasakan hidup enak. Apalagi saat acara ada perubahan pendampingan dari bawaslu KPU, dan beberapa partai.

Curhatan peserta - Dok. Susanti Hara
Curhatan peserta - Dok. Susanti Hara

Ada 3 poin yang menjadi catatan penting bagi Kang Rian selama berkegiatan sebagai peserta. Hal pertama adalah solidaritas antar difabel, kedua belajar keberanian mandiri berekpresi menyampaikan aspirasi kepada khalayak umum,dan ketiga belajar kekompakkan. Kang Rian memiliki harapan kedepan, mudah mudahan semakin banyak yang tahu politik, tidak hanya untuk disabilitas di kota Bandung saja, tapi para disabilitas di pelosok pun dapat menikmati manfaatnya.

Perhatian menarik berikutnya adalah pembahasan mengenai penyampaian materi kegiatan. Kang Rizki meminta peserta untuk berdiskusi mengenai materi yang sudah disampaikan.

"Apakah ada materi penting yang luput?" tanya Kang Rizki.

Bu Iis sebagai pendamping peserta berhambatan pendengaran menyampaikan bahwa materi tentang hak disabilitas kadang peserta masih kurang tahu. Sedangkan Bu Yusi yang merupakan pendamping berhambatan penglihatan mennyampaikan, apabila memungkinkan untuk orang tua adanya bimbingan khusus menghadapi anak luar biasa. Baik itu dari sisi psikologi atau apapun bentuknya dalam mendidik anak, pengetahuan pembelajaran lainnya.

Mencermati hal tersebut, Kang Rizki menyampaikan hal kedepannya dalam memilih materi, media, cara penyampaian, dan juga pengemasan perspektif anak muda, agar lebih menarik. Dalam hal merancang medianya, sudah meringkas titik kritis nanti divisualkan, selingan iklan biar enggak terlalu ngantuk, stress, dan hal lainnya.

Sebelum mengakhiri kegiatan, Kak Nandang sempat memberikan pengarahan mengenai segala sesuatu mengenai PSBB. Saat PSBB kita harus melihat kondisi, apabila ada pedagang yang masuk ke dalam komplek maka harus lebih safety dengan mengenakan masker, memakai sarung tangan, dan lainnya. 

Diskusi PSBB - Dok. Susanti Hara
Diskusi PSBB - Dok. Susanti Hara

Ternyata, dalam suatu diskusi secara daring, meski kelak masa PSBB ini harus berhenti, para disabilitas berhambatan pendengaran ini menganggap bahwa pengetahuan mengenai pelaksanaan PSBB di lapangan tetap penting bagi mereka. Apa yang harus mereka lakukan? Apa saja yang boleh? Apa saja yang tidak boleh? Intinnya. mereka ingin terhindar dari COVID-19 meski PSBB dinyatakan telah berakhir.

Pemeriksaan suhu sebelum pulang - Dok. Susanti Hara
Pemeriksaan suhu sebelum pulang - Dok. Susanti Hara

Untuk lebih menjaga keamanan dan kenyamanan berbagai pihak, sebelum peserta kegiatan keluar ruangan, kembali ke rumah masing-masing, protokol kesehatan berupa pemeriksaan suhu pun tetap diberlakukan.

Kegiatan berbagi praktik baik dari para disabilitas ini bisa saja dilakukan secara daring, namun tentu akan menemui berbagai hambatan. Maka tatap muka langsung untuk mendapatkan kepastian jawaban pun menjadi pilihan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun