Bagi mereka yang memiliki hambatan, katakanlah salah satunya hambatan penglihatan, atau masyarakat umum menyebutnya netra, bisa menyaksikan langsung keindahan alam menjadi hal misterius dan teramat mahal harganya.
Ya, Bagaimana mereka bisa tahu di sekeliling mereka nyiur hijau dedaunan, cokelatnya aliran air sungai, dan hal lainnya?
Begitu pun bagi mereka yang memiliki hambatan fisik, atau daksa, yang sehari-hari untuk bisa berjalan memerlukan bantuan orang lain, ataupun alat bantu kursi roda ataupun tongkat. Bisa menjelajahi keindahan alam secara luas, seperti menjelajahi hutan atau naik gunung tentu sangat berat terasa, mengingat adanya berbagai kendala.
Berbeda cerita untuk mereka yang memiliki hambatan pendengaran atau masyarakat dalam bidang pendidikan menyebutnya rungu, dan ada juga komunitas yang menyebutnya tuli. Mereka masih bisa menikmati keindahan alam secara luas, kecuali yang berhubungan dengan pendengaran, misalnya, mereka yang memiliki hambatan pendengaran akan kesulitan mendengarkan indahnya gemericik air yang bagi sebagian orang merupakan terapi alami.
Namun, pada Sabtu, hari terakhir bulan Februari tahun kabisat 2020, dalam kegiatan Camp Demokrasi Generasi Muda Disabilitas, mereka yang memiliki hambatan, beserta para pendampingnya, dapat menikmati semua keindahan tersebut.
Lebih, lebih, lebih dari sekedar menikmati keindahan alam.
Secara halus banyak hal yang didapatkan para generasi muda disabilitas. Sepanjang pengamatan penulis mengikuti kegiatan bootcamp dari awal hingga akhir, para disabilitas memiliki kepercayaan diri dalam bekerja secara kolaboratif antar disabilitas dan non-disabilitas tanpa memandang strata sosial serta gender.
Hal tersebut merupakan salah satu indikasi tercapainya keberhasilan tujuan kegiatan, disamping tujuan meningkatkan kepemimpinan, keterampilan berpikir kritis, serta pemahaman langsung dari berbagai kegiatan yang bertempat di Tani Kota, Jalan Cisitu Indah VI, Dago, Kec. Coblong, Kota Bandung 40135
Sekitar pukul 09.30 WIB, wajah-wajah sumringah memenuhi aula. Ini merupakan pengalaman baru para peserta menempati aula berbentuk tenda luas. Sebuah tempat bernama aula yang bukan gedung megah atau mewah seperti pada umumnya.