"Enggak ada gunanya hidup kalau enggak peduli dan hanya memikirkan diri sendiri"
Itulah 1 dari sekian banyak kutipan dalam cerita film yang sangat melekat dalam diri saya. Lantas bagaimana jadinya jika para disabilitas mendapatkan kesempatan untuk menonton tayangan film layar lebar dalam sebuah studio di bioskop?
Inilah Cerita Unik Ketika Para Difabel Menonton Gundala di Studio 4, XXI Ciwalk Bandung, jalan Cihampelas no.160 Bandung.
Pernahkan Anda membayangkan bagaimana jika mereka yang memiliki hambatan penglihatan, atau tuna netra menonton sebuah film? Pernahkah juga Anda membayangkan mereka yang tunarungu, atau memiliki hambatan pendengaran menonton tayangan layar lebar? Pernahkah Anda juga membayangkan bagaimana jadinya, ketika berbagai jenis disabilitas atau mereka yang memiliki hambatan menonton dalam 1 studio?
Pastinya akan ada cerita unik di dalamnya.
Atas inisiasi dan kepedulian Vinly, Restu, serta para donatur yang ingin memberikan kesempatan berbagai difabel untuk bisa mengenal dunia luar seperti bioskop, akhirnya pada hari Sabtu, 30 Agustus 2019, berbagai jenis difabel dari 3 sekolah (SLB-B Sukapura, SLB Silih Asih, SLB ABCD Caringin) serta beberapa difabel dari berbagai komunitas bisa menikmati sajian film Gundala: Negeri Ini Butuh Patriot.
Menurut Vinly, tujuannya mengadakan nobar (nonton bareng) film Gundala, supaya anak mengenal dunia luar, berani memgekspos diri, serta membunuh pandangan atau stigma kalau disabilitas itu merepotkan, misalnya mereka yang tuli dan netra bisa nonton bioskop dan hal tersebut banyak orang yang enggak tahu.
Sedangkan menurut Restu, dengan adanya kegiatan nobar ini, intinya mereka para disabilitas punya pengalaman baru nonton di bioskop, sehingga mereka percaya diri dan perlahan menghilangkan minder. Harapan kedepannya para disabilitas ini bisa mandiri, menonton film sendiri dan  ada running teks untuk mereka yang memiliki hambatan pendengaran
Dalam email promosi yang saya dapatkan berisi, Â Sancaka tak menyangka, sambaran petir akan mengubahnya menjadi salah satu superhero yang dibutuhkan negeri ini. Tonton serunya film Gundala dan book tiketnya.
 Sebagai manusia "normal" kategori umum, tentu saja promosi tersebut membuat penasaran.
Lantas, apa yang terjadi dengan para difabel di dalam studio selama tayangan Gundala berlangsung?
Jika pada umumnya saya menonton tayangan film di studio itu tertib, jarang ada yang lalu lalang, penonton menikmati tayangan film, nah kali ini benar-benar lain.
Saat menonton, ada orangtua sekaligus yang menjadi guru langsung meminta putranya untuk tidur karena ada banyak adegan yang dinilai mengandung kekerasan. Adapula difabel yang langsung "tantrum" karena tidak kuat menonton adegan yang memang cukup banyak menampilkan kekerasan ini. Daaan, beberapa penonton yang bolak-balik ke toilet, yang tentu saja mengganggu pemandangan tampilan layar lebar.
Kesan saya pribadi setelah menonton film Gundala, terlepas dari mendampingi peserta didik nonton bareng film Gundala, film satu ini sangat menarik dengan mengangkat realita-realita yang ada di Indonesia dan dibumbui dengan beraneka cerita rekaan.
Alur zigzag dari masa kecil dan dewasa tentu membuat bingung penonton difabel jika mereka tidak mendapatkan edukasi tentang alur film tersebut. Namun bagi mereka yang sudah terbiasa menonton film, tentu saja bisa menceritakannya kembali dengan baik.
Banyak hal sebenarnya yang dapat kita petik hikmah dalam film Gundala ini, setiap orang memiliki kekuatan tersendiri yang bisa disadarinya ataupun tidak, harus berani melawan ketidakadilan di depan mata, sebenarnya, di dunia ini enggak ada yang perlu ditakuti, dengan membaca kita bisa menjadi lebih pintar dalam hal pengetahuan, sebagai manusia kita terlahir tanpa bisa membedakan baik buruk (untuk itu kita memerlukan model), dalam melakukan perlawanan untuk menang maka harus bersatu, dan masih banyak lagi hikmah jika kita mencermati tontonan satu ini.
Jreng, begitu film usai, ada protes dari salah satu murid saya.
"Bu, itu filmnya udah ya?" dengan tampang bingung, "Kok cuma gitu aja?"
Haaahhhaaaa, hmmmm, film ini akan ada lanjutannya ya kayaknya....
Benar, kan?
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H