Mohon tunggu...
Susanti Hara
Susanti Hara Mohon Tunggu... Administrasi - Seorang pendidik yang suka berkreasi

Pembelajar aktif yang senang untuk terus berpartisipasi dan berkreasi untuk memberikan warna pada kehidupan

Selanjutnya

Tutup

Trip Pilihan

Cipanas Indah, Kolam Renang Paling Bebas

23 Juni 2018   20:09 Diperbarui: 27 Juni 2018   12:31 1998
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ini pertama kalinya saya mengunjungi kolam renang yang super unik. Dari luar, ketika sampai di gerbang masuk kolam renang Cipanas Indah, pemandangannya tampak biasa. Tentu saja, biasa harus membayar sejumlah tiket masuk. Namun begitu memasuki area kolam renang, sungguh menakjubkan sekali. Meski waktu masih menunjukkan pukul 10.00 WIB, namun sudah banyak pengunjung yang datang dan pergi keluar area kolam renang silih berganti.

Saya terperangah begitu menjejaki area kolam renang dan  hendak mencari tempat untuk menyimpan barang serta perlengkapan lainnya sebelum berenang. Maklumlah kita dari Bandung datang jauh-jauh ke Garut memang tujuannya untuk menikmati berenang di air panas setelah melewati kurang lebih 2 jam perjalanan. Berhubung perjalanan lumayan lama dan jauh, jadi perbekalan pun cukup banyak.

Suasana kebebasan luar biasa membuat saya tak berhenti untuk berpikir. Benarkah tempat pijakan saya?

Di pinggir kolam, para pedagang bebas berjualan. Bahkan, para pembeli pun bisa jajan makanan yang dijajakan penjual di kolam renang dan makan di tempat itu.

Sepanjang yang saya tahu, baru kali ini berenang dengan kebebasan tanpa batas. Bahkan, ada juga para bapak yang merokok di tepi kolam renang. Sejenak saya tercenung dengan kolam renang satu ini. Adakah peraturan tertentu untuk kolam renang ini? Ataukah memang para penjual di sini diberikan kebebasan sebebas-bebasnya?

Lebih unik lagi begitu melewati pengunjung yang sedang makan bareng di atas daun. Rasanya, sepanjang saya berenang di kolam renang manapun baru kali ini saya  melihatnya.

Dok. Susanti Hara
Dok. Susanti Hara
Begitu kita sedang berjalan menyusuri pinggiran kolam renang untuk mencari tempat rehat, langsung banyak sekali tawaran untuk menyimpan barang di atas mushola dan tempat lainnya. Dan berdasarkan pertimbangan lebih dekat ke kolam renang dan bisa melihat pemandangan dari atas ke bawah, maka mushola menjadi salah satu tempat pilihan kita untuk menyimpan barang dan melakukan aktivitas rehat.

Dok. Susanti Hara
Dok. Susanti Hara
Dan ternyata, saat hendak pulang kita harus membayar biaya tikar 35 ribu rupiah karena kita menduduki 7 tikar. Satu tikar yang kita duduki seharga 5 ribu rupiah. Di kolam renang ini, entah petugas atau entah calo begitu gencar menawarkan tempat untuk duduk, selain mushola yang kita tempati, mereka menawarkan tempat di kedai-kedai yang letaknya di atas, lumayan puluhan langkah dari tempat renang.

Sesuai dengan promosinya, kolam renang di tempat ini memang airnya panas. Membuat tubuh segar dan bugar setelah berenang. Tak ada tanda-tanda bau zat kimia khusus untuk kolam renang air panas. Bahkan ketika keramas pun rambut kita tetap lembut tak seperti berenang di kolam renang yang airnya diberikan zat kimia tertentu.

Pada saat kita berkumpul, selesai berenang, mandi, dan ganti pakaian, para penjual sudah menyimpan dagangannya di tempat kita duduk.  Istilah orang Sunda jual deudeut, salah satu istilah lain untuk bahasa halus "jual paksa". 

Dok. Susanti Hara
Dok. Susanti Hara
Bagi anak-anak, jajanan yang mereka jajakan tentu saja menarik karena ada minuman teh berasa, susu, cimol, makaroni dan lainnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun