Pada hari kedua lebaran, slibon seakan menjadi tradisi bagi warga Desa Sidomoro Kebumen, tanah kelahiran saya. Pada waktu kecil, ada truk khusus di desa kami yang mengangkut warga untuk slibon ke Pantai Petanahan Kebumen. Slibon yang merupakan bahasa lain dari berenang atau mandi di pantai ini, tetap menjadi Primadona. Bahkan, saat ini ada bahasa yang menarik di antara sesama pemudik.
"Yen mudik ayo slibon!"
Maksudnya, kalau mudik ayo slibon!
Meski sampai sekarang truk pengangkut itu masih ada, tapi dengan adanya perkembangan zaman, kini ada juga warga yang pergi slibon bersama keluarga menggunakan kendaraan pribai, baik itu sepeda motor maupun mobil.Â
Salah satu pantai terdekat dari Desa Sidomoro, dan kurang dari satu jam dari desa kami menuju tempat ini, dan saat ini menjadi tempat tujuan wisata adalah Pantai Setrojenar. Pantai yang terletak di Jalan Pantai Bocor, Godi, Setrojenar, Buluspesantren Kebumen ini cukup bersahabat untuk berenang. Meski pada tahun 2017  pernah ada kejadian pengunjung yang terseret ombak hingga tewas, tapi tetap saja pantai ini menjadi salah satu tujuan  wisata.Â
Bagi anak-anak, dan mereka yang sudah beranjak dewasa, atau  orang dewasa, slibon di tempat ini sangat mengasyikkan. Kita bisa  menunggu ombak bergulung-gulung lalu duduk membelakangi dan ombak itu  akan menyeret kita ke tepian. Sensasi luar biasa. Dan bagi anak kecil, di pantai ini tersedia area kolam kecil yang terbuat dari terpal lengkap perosotan dan permainan ban, serta dilengkapi dengan kamar mandinya. Â
Waktu saya masih kecil, ketika libur sekolah, pantai ini masih sepi. Ketika mengunjungi sore hari, paling saya dan beberapa teman saya serta pemancing yang mengunjungi tempat ini. Namun sekarang, pengunjungnya mulai padat. Sepadat aktivitas pengunjung yang beragam. Di Pantai Setrojenar saat ini bukan hanya untuk slibon atau berenang. Tapi ada juga pengunjung yang sekedar berfoto atau menemani keluarga menikmati keindahan ombak bergulung-gulung di bawah langit yang senada dengan air laut di tengah-tengah pantai. Ada juga mereka yang hanya sekedar bermain pasir dan membentuknya menjadi apa yang mereka inginkan.
Pertama kali waktu menikmati Sate Ambal, saya merasa kaget karena rasanya yang manis. Beda sekali dengan sate di Bandung yang terkesan gurih saja atau kalau manis pun dari kecap. Menurut keterangan penjualnya, Sate Ambal ini direndam dulu menggunakan gula Jawa, makanya rasanya manis. Sate dari daging ayam yang berasal dari daerah Ambal, Kebumen ini memiliki keistimewaan tersendiri karena bumbunya berasal dari tempe rebus yang dihancurkan hingga halus. Ditambah lagi aroma saat membakar dengan aroma rempah yang menggoda selera.Â
Meski sekarang pantai ini sudah menjadi salah satu obyek wisata dan dikunjungi banyak wisatawan dari luar kota, keunikan dari saat saya masih kecil hingga kini masih ada.