Mohon tunggu...
Susanti Hara
Susanti Hara Mohon Tunggu... Administrasi - Seorang pendidik yang suka berkreasi

Pembelajar aktif yang senang untuk terus berpartisipasi dan berkreasi untuk memberikan warna pada kehidupan

Selanjutnya

Tutup

Kurma Pilihan

Belanja Keperluan Lebaran ala Ibu-ibu di Sekolah

9 Juni 2018   18:46 Diperbarui: 9 Juni 2018   18:47 976
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Aktivitas ibu-ibu saat Ramadan - Dok. Susanti Hara

Selama Ramadan tahun ini, di sekolah tempat saya mengajar, yaitu SLB-B Sukapura, Jalan Sukapura No.4 Kiaracondong Bandung, ibu-ibu yang menunggui putra-putrinya mendadak berbisnis. Mereka mendadak menjadi penjual sekaligus pembeli. 

Barang yang mereka jual bermacam-macam, ada yang menjual baju bedug sebutan untuk pakaian muslim  lelaki, ada yang menjual baju lebaran sepaket untuk ayah, ibu dan anak yang terkenal dengan pakaian sarimbit. 

Dan ada juga yang menjual aneka kue-kue. Bahkan, ada juga yang berjualan hanya berbekal katalog. Dan ada juga yang berjualan kue lebaran dengan membawa contohnya. Karena sedang berpuasa, ibu-ibu ini memberikan sample untuk dibawa pulang dan dicicipi bersama keluarga di rumah. 

Kegiatan jual beli ibu-ibu di sekolah - Dok. Susanti Hara
Kegiatan jual beli ibu-ibu di sekolah - Dok. Susanti Hara
Transaksi jual beli ibu-ibu orangtua siswa di sekolah ini cukup unik. Di zaman modern dan sudah mulai beralih ke dunia digital, para ibu ini masih menggemari untuk berbelanja secara langsung. 

Apalagi belanja di kawasan sekolah ini bagi mereka sangat ekonomis. Selain bisa menawar harga, tidak usah bayar uang parkir, tidak mengalami kemacetan, saling memberi keuntungan sesama ibu-ibu, menurut mereka berbelanja keperluan di sekolah ini tidak usah berdesak-desakan seperti ketika mereka harus berbelaja keperluan lebaran di pasar tradisional atau pasar swalayan yang sekarang sudah mulai dipadati pembeli.

Dari beberapa cerita ibu-ibu di sekolah, sejak pekan pertama Ramadan, pasar swalayan maupun pasar tradisional sudah mulai disesaki para pembeli. Sebenarnya, ibu-ibu ini cukup gaul dengan aktif menggunakan Handphone dan fitur di dalamnya. 

Beberapa orang di antara mereka pernah belanja online, tapi merasa kurang pas ukurannya dan harus ke penjahit untuk merombak pakaian supaya pas dan nyaman dipakai. Selain itu, ada juga ibu-ibu yang merasa tertipu diskon ketika belanja online. Harga tertera lebih murah, namun begitu barang datang ternyata kualitas barang lebih rendah dari perkiraan mereka.

Selain berbelanja keperluan lebaran dengan saling barter keperluan sesama ibu di sekolah, spot belanja yang disukai ibu-ibu adalah Pagelaran Pasar Murah Ramadan, 4-6 Juni 2018, di area parkir Stasiun Kiaracondong dan juga Pasar Nonggeng yang lokasinya dekat dari sekolah dan tempat tinggal mereka.

Dari curhatan para ibu di sekolah, pada waktu mereka berbelanja di Pasar Murah Ramadan, harganya memang jauh lebih murah jika dibandingkan pasar biasa pada umumnya atau harga bahan pokok tersebut di supermarket. 

Lumayanlah bedanya antara Rp2.000,00 sampai Rp.3.000,00 dan tanpa batas berapa kilo harus berbelanja. Bahan pokok yang dijual di Pasar Murah Ramadan itu di antaranya: beras seharga Rp9.250,00 per kilogram dimana harga di pasaran biasa sudah diatas sepuluh ribu lebih, gula pasir Rp.11.500,00 per kg, minyak goreng Rp.12.000,00 per liter, telur Rp.21.000,00 per kilogram, tepung terigu Rp.7000 per kilogram dan berbagai kebutuhan pokok lainnya.

Pasar Murah Ramadan di Kiaracondong - Sumber: merdeka.com
Pasar Murah Ramadan di Kiaracondong - Sumber: merdeka.com
 Dan yang lebih membuat mereka senang adanya penukaran uang rupiah dari BI. Jadi, selain berbelanja, mereka juga bisa menukar uang yang mereka miliki dengan uang baru untuk berbagi kepada anak atau saudara mereka. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kurma Selengkapnya
Lihat Kurma Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun