Saya belum pernah mengikuti kegiatan Sahur on The Road secara langsung. Namun, menyimak beberapa cerita tentang tujuan dari komunitas ini membuat saya kagum. Sahur on The Road ini dilaksanakan oleh kelompok tertentu dengan cara berkeliling kota menyusuri jalan-jalan ditengah malam dengan membawa bungkusan yang berisi makanan dan membagi-bagikannya kepada gelandangan, pengemis, tunawisma, dan lainnya.
Dalam ajaran Islam sendiri, Rasulullah menyarankan umatnya untuk mencukupi sajian sahur agar kita lebih kuat dalam menjalani ibadah puasa. Sahur itu makanan yang barokah, sehingga kita diminta jangan sampai meninggalkannya walau hanya meneguk setengah air.
Saat mencermati kegiatan kelompok Sahur on The Road beberapa waktu lalu di daerah Soekarno Hatta Bandung, saya malah bertanya-tanya dalam hati, higieniskah makan makanan di pinggiran jalan terbuka? Ya, baiklah jika banyak yang berpendapat higienis atau tidak yang penting sahur. Namun, saya bertanya-tanya kembali, apakah komunitas Sahur on The Road ini sudah mendapat izin resmi untuk berkeliling menyambangi daerah-daerah tertentu? Ataukah pelaksanaan Sahur on The Road ini secara liar?Â
Di Bandung sendiri ada beberapa titik daerah rawan yang mungkin jarang terekspos media dan jadi bahan perbincangan hangat di antara warga. Misalnya dalam Ramadan ini, pada Jumat lalu ada kecelakaan yang menimpa seseorang di daerah Cikutra Bandung dan menjadi perbincangan hangat di Instagram. Bagaimana mungkin di bulan Ramadan yang suci ini masih ada umatnya yang tega melakukan aksi pencegatan.
Meski sudah berusaha melarikan diri, namun tak semudah itu, ternyata di depan sudah ada lebih dari 5 orang kawan penjahat yang menghadang. Dan mirisnya, Sahur on The Road yang sering saya dengar dan baca saat ini identik dengan kekerasan. Sebgaimana dilansir dari tribunnews.com, ada seorang warga yang menjadi korban penyiraman air keras oleh kelompok pemuda yang melakukan kegiatan Sahur on The Road di kawasan Kampung Melayu, Jatinegara, Jakarta Timur.
Sejujurnya, dalam hati saya bertanya-tanya, benarkah ini ulah dari kelompok Sahur on The Road? Kenapa mereka harus melakukan hal tersebut?
Mengingat semua kejadian aneh tersebut, rasanya sayang sekali jika niat baik kelompok Sahur on The Road ada yang mengotorinya dengan cara apapun. Lantas, bisa jadi niat kelompok Sahur on The Road ini baik  dan benar dengan membagikan makanan sahur kepada orang kurang mampu.
Tapi, kenapa harus orang-orang yang berada di jalanan saja?
Menurut hemat saya, Sahur on The Road bisa juga dilaksanakan dengan mendatangi panti asuhan atau panti jompo. Mendatangi kedua tempat ini dari segi manfaat dan berkahnya lebih banyak. Dengan mendatangi panti asuhan, mengajak adik-adik di panti asuhan sahur bersama, kemudian sholat berjamaah, dan mengisi kegiatan dengan keagamaan, akan lebih kondusif, lebih dapat dipertanggungjawabkan, dan lebih berkah.
Ketika kelompok Sahur on The Road ini sahur bersama di panti asuhan, tentu anak panti akan belajar berbagi, belajar berempati, belajar saling mendoakan, dan belajar hal lainnya dari kelompok Sahur on The Road.Â
Begitupun jika Sahur on The Road dilaksanakan di panti jompo, bukankah akan banyak kebaikannya? Mereka yang berada di tempat ini merasa diakui sebagai warga dan merasa memiliki teman berbagi. Apalagi jika Sahur on The Road di tempat ini dikemas semenarik mungkin untuk membuat hidup mereka yang rata-rata sudah sepuh memiliki semangat hidup lebih tinggi untuk terus berkarya dan memberikan sumbangsih karyanya bagi kemajuan negara tercinta ini.
Nah, bagaimana? Sahur on The Road, tak harus selalu di jalanan, bukan? Masih ada tempat yang tepat untuk dapat dikunjungi dalam berbagi kebaikan agar semuanya mendapatkan keberkahan. semoga kita selalu menemukan jalan terbaik untuk berbagi dengan cara yang tepat, tempat yang tepat, dan sasaran penerimanya pun tepat.
Salam hangat!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H