Mencermati perkembangan puasa anak-anak di sekitar sekolah yang sudah memasuki pekan kedua, hasilnya cukup mencengangkan. Di sekolah sendiri, pintu warung yang menjual makanan dan minuman tetap buka selama jam buka sekolah, karena warung ini merupakan salah satu tempat akses komunikasi antara ibu-ibu dan penjaga kantin yang merupakan komite dari orang tua sekolah.
Dan bukanya warung juga permintaan beberapa orang ibu-ibu yang sedang hamil dan sedang menyusui. Mereka khawatir akan kesulitan mencari makanan ringan dan minuman. Selain itu, beberapa ibu-ibu mendukung bukanya warung karena saat mereka mendapatkan hari istimewa tidak berpuasa, akan lebih mudah untuk mendapatkan minuman tanpa keluar dari lingkungan sekolah.
Pada hari biasa, warung di sekolah ini paling laris menjual minuman, seperti: susu kemasan, teh kemasan, air mineral, serta minuman lainnya. Sedangkan untuk makanan, warung ini hanya menjual makanan ringan pabrikan yang tahan lama, karena untuk makanan berat, biasanya anak-anak membawa bekal dari rumah berupa nasi, sayur mayur, dan lauk-pauknya. Â Sehingga saat siang hari, minuman pasti laris.
Mengenai fenomena pro dan kontra warung buka selama jam puasa? Ya, warung apa dulu yang buka? Makanan matang yang menggoda atau warung penyedia sayuran mentah? Kalaupun warung makanan matang yang buka, tergantung niat penjualnya, mau ibadah atau sekedar mencari keuntungan semata. Karena meski pun jam puasa, masih ada yang memerlukan warung tetap buka, contohnya: ibu yang sedang hamil dengan kondisi godaan yang sangat berat hingga memasak pun tidak mampu dan harus beli, serta bisa juga orang yang sedang sakit.
Selama mencermati perkembangan puasa anak-anak di sekolah dan juga di lingkungan sekolah, ada beberapa benang merah yang sangat menarik. Warung buka saat Ramadan, seharusnya menjadi pembelajaran untuk anak-anak menghargai orang lain. Tak harus mencela penjualnya, tapi puasanya pun tetap tak boleh batal.
Momen ini seharusnya menjadi momen penguatan karakter anak sampai mengakar kuat agar mereka tak tergoda apapun selama puasa. Layaknya pohon, akar yang kuat menghujam akan membuat pohon itu berdiri tegak dengan kokoh, tangguh, dan gagah.
Dan selama Ramadan, banyak nilai yang dapat diajarkan kepada anak mengenai warung ini, bukan hanya sekedar mengasah daya kritis antara setuju atau tidak setuju mengenai warung buka saat bulan puasa. Daripada sekedar mempermasalahkan warung buka saat Ramadan, lebih baik kita sebagai orang dewasa yang peduli keberlangsungan pendidikan anak-anak, lebih baik kita memberikan pelajaran atau nilai kebaikan, di antaranya:
Belajar Perbedaan. Saya penasaran dengan hal ini, maka saya mengikuti kegiatan mereka saat jam istirahat sekolah. Ternyata, selama bulan puasa ini anak-anak malah sibuk berkegiatan di sekitar lingkungannya.
Misalnya saja ada, ada anak yang bermain sepeda di lapangan sekolah, bermain menjaring ikan dan membawa pulang ikannya, jajan mainan yang kreatif, dan ada juga yang naik delman. Bahkan, saat saya pulang dari sekolah bada ashar, anak-anak begitu ceria bermain barongan.
- Memperkenalkan hal baru dengan cara yang tepat. Selama bulan Ramadan ini, ada seorang anak yang menolak  berpuasa karena sang ibu mengatakan puasa itu tidak boleh jajan. Dalam  mind set anak berarti selama berpuasa tidak boleh membeli apa-apa.  Padahal jajanan kesukaannya adalah mainan dan bukan makanan. Jadi, perkenalkanlah puasa dengan halus dan cara yang benar.
- Mengalihkan kebiasaan jajanan makanan anak dengan kebiasaan baru yang positif selama ramadan. Misalnya adengan jajanan kreatif dengan berkreasi membuat sesuatu yang mengasah kemampuan anak dan membuat anak berkembang lebih. Jajajan kreatif yang saya lihat selama Ramadan ini cukup banyak, misalnya membeli tali untuk dibuat gelang, dll.