Senin, 21/05/2018, sebelum upacara bendera dan pembelajaran peringatan Hari Kebangkitan Nasional, empat guru honorer (sebutlah I, R, S, dan W) berkumpul di ruang guru. Mereka memperbincangkan tentang keharusan mengenakan seragam batik KORPRI.
Para guru honorer ini cukup kaget ketika menerima pengumuman dari Kepala Sekolah, kalau mereka pun harus mengenakan batik KORPRI sama seperti Pegawai Negeri Sipil di sekolah. Di antara keempatnya, sama sekali belum memiliki batik tersebut.
Lantas, salah satu di antara mereka membuka situs jual beli online untuk mencari harga batik KORPRI paling hemat menurutnya.
"Eh, ini ada yang harganya delapan puluh ribuan!" seru guru honorer S.
"Ah, paling juga bahannya jelek," timpal guru honorer R.
"Baca dulu aja testimoninya," usul guru honorer W seraya beranjak ke bangku tempat duduk guru honorer S.Â
Begitu selesai membacakan testimoni beberapa pembeli yang menyatakan puas membeli di toko tersebut, keempat guru honorer itu pun setuju untuk memesan batik KORPRI saat itu juga. Dan guru S segera sibuk memainkan gawainya untuk memesan batik sesuai kesepakatan.
"Jadi, ini bayarnya mau gimana? Ke ATM atau di jaringan toko swalayan?" tanya guru S.
"Eh, aku bayarnya nanti ya nunggu THR," ucap guru honorer I. "Soalnya kalau harus bayar sekarang aku belum bisa. Bayar cicilan motor aja ini rada mogok."
"Makanya, dorong atuh cicilannya biar lancar," canda guru R.
"Ye. Lagi banyak kebutuhan nih. Maklumlah bulan puasa ala ibu-ibu yang rada rempong," balas guru honorer I. "Memang beli bajunya di mana?"