Bersama 132 guru dari 3 gugus yang ada di kota Bandung, pada Selasa, 12 Juli 2016, saya kembali mendapatkan kesempatan mengikuti Pelatihan Implementasi Kurikulum 2013 Pendidikan Khusus Wilayah Bandung 2 Untuk Kepala Sekolah dan Guru Kelas III, VI, IX, X, dan XI.
Pak Gunansyah Mengawali Kegiatan
Kegiatan Pelatihan tersebut dibuka dengan sambutan Bapak Suherman selaku Ketua Gugus dan Panitia penyelenggara, kemudian Kepala Bidang (Kabid) PK dan PLK Prov. Jawa Barat, Bapak Dadang Rachman, M. Pd. Dalam kesempatan ini, Pak Kabid menekankan kepada guru-guru untuk bijak menyiapkan masa depan generasi bangsa dengan meningkatkan kemampuan, mengimplementasikan apa yang telah didapatkan selama pelatihan, dengan harapan mendapatkan dampak positif pada kualitas peserta didik.
pak-dadang-578590e8b47a61570c5603a1.jpg
Selain itu, Pak Kabid juga mensosialisasikan kampanye
Jabar Tolak Kekerasan dan gerakan HPS (Hari Pertama Sekolah).
Jabar Tolak Kekerasan merupakan sebuah gerakan tidak terstruktur dimana pihak satuan
pendidikan harus ramah terhadap anak sebagai peserta didik. Sedangkan gerakan HPS memiliki tujuan membangun budaya keterlibatan orang tua, dimana hari pertama anak bersekolah orangtua diharapkan mengantarkan anaknya ke sekolah untuk menjalin kemitraan dengan pihak satuan pendidikan di sekolah.
Secara sekilas, dalam pembukaan Pak kabid mengupas secara singkat dan padat tujuan pelatihan yang diselenggarakan pada hari tersebut. Menurut Pak Kabid, “Perbedaan kurikulum 2013 pada saat awal keberadaannya dengan sekarang adalah pola pikir atau mind set scientific”. Dan saya pun menunggu untuk terus mendapatkan pengetahuan baru hingga 16 Juli 2016 nanti.
Acara pun bergulir dan dilanjutkan dengan pre test atau tes awal untuk mengetahui sejauh mana guru-guru mengenal kurtilas sebelum mengikuti pelatihan. Lalu pemberian materi dan materi yang diselingi dengan ice breaking agar peserta tetap bersemangat selama mengikuti pelatihan.
Materi yang telah saya dapat kemarin berupa pembelajaran aktif. Dalam penyampaiannya, Ibu Ine Rahayu sebagai salah satu Instruktur Nasional (IN) mengajak peserta pelatihan untuk berinteraksi, memikirkan, dan memperbincangkan pembelajaran aktif, proses belajar dan hasil belajar. Serta penekanan seorang guru untuk menjadi fasilitator dan bukan hanya sekedar mengajar.
Penyampaian Materi Belajar Aktif
Yuhuu… sudah selesai? Belum. Setelah materi tentang Pembelajaran aktif, peserta masih harus kembali ke ruang pelatihan untuk mengikuti sesi pemberian materi mengenai Kebijakan Direktorat PK dan LK dalam Pelatihan dan Pendampingan Kurikulum Pendidikan Khusus, serta Kebijakan dan Dinamika Perkembangan Kurikulum dan Penilaian.
pak-hanu-578591e63e23bd630ead4a15.jpg
Interaksi Peserta dengan Pemateri
Yang tak kalah menarik bagi saya ada di bagian akhir, yaitu Peranan Keluarga Dalam Pembelajaran dan Penumbuhan Budi Pekerti serta Gerakan Literasi Sekolah. Sejujurnya, sebagai seorang yang boleh dikatakan cukup dekat dengan dunia kepenulisan, literasi bukan sesuatu yang asing. Namun, terasa lebih memiliki daya tarik tersendiri ketika literasi ini menjadi gerakan tersendiri, apalagi gerakan literasi di Sekolah Luar Biasa (SLB) yang terkenal dengan peserta didik yang memiliki aneka hambatan.
Penjelasan Peranan Keluarga
Slide Kemampuan Literasi di SLB
Mampukah? Tentu saja tidak ada yang tidak mungkin, jika segala sesuatu dilaksanakan secara bertahap dan berkesinambungan serta ada kerja sama dari berbagai pihak, baik itu semua elemen di sekolah sebagai satuan pendidikan, orangtua, lingkungan sekitar, dan juga pemerintah. Semua memiliki peranan penting, tidak ada yang bisa berdiri sendiri. Untuk mencapai tujuan, sejatinya semua harus bersinergi.
Semoga bermanfaat dan pendidikan di Indonesia selalu berkembang dengan baik. Aamiin
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H
Lihat Humaniora Selengkapnya