Ramaja zaman sekarang kalau ada masalah berujung pertempuran hingga seluruh teman satu sekolah turun andil membela teman.
Dalam acara ini pula, Pidi Baiq menceritakan proses kreatifnya membuat buku Dilan. Ternyata oh ternyata, Pidi Baiq melakukan riset dengan mewawancarai MILEA, tokoh novel, terus mengumpulkan data dibuat per bab, dan tanya jawab tentang perasaan Milea. Sayangnya, di buku kedua, Milea menutup perasaannya. (Wajar kali ya, kenangan memang bukan untuk diumbar, apalagi cewek itu rada sensitif, #eh, hehe)
Bahkan, penulis bergaya cuek ini mengungkapkan rencananya membuat buku ketiga, Dilan akan bicara, bersuara, bagaimana Dilan mengajak Milea ke Taman Makan Pahlawan. (Cerita klasik tapi pasti bakal romantis. Yailah, kan, cerita cinta)
Hayo, siapa yang belum tahu Taman Makam Pahlawan di Bandung?
Oya, dalam acara ini saya jadi tahu bagaimana suasana puasa zaman dahulu. Istilah buka puasa bersama zaman dulu itu tidak ada, penanda waktu buka puasa adalah bunyi sirine di Hotel Savoy Homan.
Ada pertanyaan dari peserta yang sebenarnya saya juga penasaran, “Apakah Dilan akan difilmkan?”
Dan jawabannya adalah, Pidi Baiq tidak mau Dilan difilmkan karena takut merubah persepsi atau ekspektasi pembaca. Kalau nanti difilmkan kemudian ceritanya dibuat terlalu indah, tentu ini akan bertentangan dengan cerita Dilan.
Peluncuran buku Dilan 2 ditutup dengan cara unik. Ada revisi berjamaah pada halaman tertentu isi novel. Beruntung bagi yang hadir karena jadi tahu ada kekeliruan hari dari tanggal, bulan, dan tahun pada halaman 80, dll. Susahnya mau minta foto dan tandatangan karena harus berbuka puasa terlebih dahulu, lau sholat, kemudian baru lanjut eksis minta tanda tangan atau foto bareng. Hal ini membuat saya tidak kebagian tandatangan karena harus segera kembali ke sekolah, menghadiri acara buka puasa bersama bareng siswa di sekolah. Kecewa sih, tapi tak apalah. Pasti ada kesempatan lain. :)
Meski saya belum membaca tuntas novelnya, tapi dari testimoni seorang cewek yang hadir dalam acara itu, saya jadi tahu kalau buku ini recomended buat orang yang mau move on.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H