Mohon tunggu...
Susanti Hara
Susanti Hara Mohon Tunggu... Administrasi - Seorang pendidik yang suka berkreasi

Pembelajar aktif yang senang untuk terus berpartisipasi dan berkreasi untuk memberikan warna pada kehidupan

Selanjutnya

Tutup

Otomotif

Cinta, Kepedulian, dan Cita yang Melahirkan Kesuksesan Besar Toyota

24 Juni 2015   16:26 Diperbarui: 24 Juni 2015   18:04 428
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Selama ini saya paling cuek dengan kendaraan yang ada di sekitar saya. Paling-paling, kalau hal-hal sekeren itu buatan luar negeri. Setidaknya, begitulah berita yang sering saya dengar dari mulut ke mulut atau pun media lainnya di masa lalu.

Hanya ada satu mobil yang setahu saya diakui sebagai karya anak bangsa beberapa tahun lalu, yaitu mobil Timor (Teknologi Industri Mobil Rakyat), merek mobil nasional Indonesia, seperti halnya Proton di Malaysia. Itupun pada akhirnya menjadi berita yang kurang enak didengar karena beberapa teman dulu bilang, model mobilnya meniru habis buatan Malaysia.

Berbeda dengan setelah mendapat kesempatan berkunjung ke TMMIN (Toyota Motor Manufacturing Indonesia)-Sunter 1 Plant, Jakarta Utara pada 10 Juni 2015, saya jadi lebih peduli mengenal kendaraan di sekitar lingkungan. Bersama 20 Kompasianer lainnya, saya baru tahu kalau tangan-tangan anak bangsa Indonesia telah menghasilkan karya beroda empat yang mendunia, seperti;  Kijang Innova, Fortuner, Etios Valco, Vios, dan Yaris. Bahkan, kesuksesan tersebut memiliki kisah sejarah panjang pendirinya.

Mobil-mobil mentereng tersebut di produksi di PT. TMMIN Karawang 1 dan 2. Bahkan, produk-produknya sudah diekspor ke lebih dari 70 negara yang ada di dunia. Sebenarnya TMMIN memiliki 4 pabrik di Indonesia yang telah beroperasi di Sunter dan Karawang, serta satu pabrik lagi di Karawang yang dijadwalkan akan mulai beroperasi di awal tahun 2016.

Saat ini TMMIN memiliki delapan ribu lebih karyawan, telah memproduksi 250.000 kendaraan, dan memproduksi 195.000 mesin. Angka yang sangat mencengangkan bagi saya secara pribadi yang baru tahu kalau perusahaan tersebut menyerap begitu banyak SDM (Sumber Daya Manusia) yang ada di Indonesia.

Sepanjang 2015 TMMIN mengekspor sedikitnya 160.000 unit kendaraan utuh atau meningkat dari tahun 2009, lebih dari 500 persen dari kisaran 30.000 unit. Lebih mencengangkan lagi, perusahaan yang memiliki moto, “Kami Membangun SDM Sebelum Produk” ini, telah memiliki banyak penghargaan hingga tingkat dunia, dan sejarah panjang pendirinya, Sakichi Toyoda.

Dalam penjelasan mengenai sejarah Toyota Indonesia di TMMIN, saya baru tahu kalau  kecintaaan dan kepedulian seorang putra terhadap ibu dan keluarganya, berbuah sangat manis hingga mendunia. Hal tersebut menjadi perhatian tersendiri karena Sakichi Toyoda telah mewariskan banyak hal, seperti; kisah cinta, kasih sayang, dan kepedulian terhadap ibunya dibalik kesuksesan yang mengharukan, ilmu pengetahuan, dan prinsip hidupnya yang terus digunakan Toyota hingga kini. Perjalanan spiritual untuk memecahkan masalah yang dihadapi masyarakat sekitarnya pada saat itu.

Saat berusia 20 tahun, di rumahnya yang sederhana, Sakichi Toyoda mengamati ibunya yang seharian bekerja menenun kain menggunakan alat tenun biasa. Anak tukang kayu miskin dan penenun itu sedih melihat ibunya membuang hasil pekerjaannya yang sudah dikerjakan selama seharian, padahal hanya gara-gara selembar benang yang putus di kain yang sudah jadi.

Meski kaum tua tidak menyetujui keinginannya membuat alat tenun yang lebih baik, Sakichi tetap menantang dirinya membuat alat tenun yang lebih baik, merancang prototipe, membuat model percobaan, dan menggunakan keahlian dengan cara kreatif hingga berhasil, kemudian mengembangkannya lagi menjadi mesin tenun bertenaga, dan tahun 1898 lebih menyempuarnakan menjadi alat tenun pertama di Jepang yang ditenagai uap, yang memungkinkan pabrik-pabrik tekstil meningkatkan produksinya hingga empat kali lipat dan mengurangi penggunaan pengeluaran hingga setengahnya.

Alat tenun otomatis yang paling terkenal adalah alat tenun yang berhenti sendiri saat ada benang putus, dimana Sakichi menerapkan prinsip Jidoka (otonom otomatisasi), yang berarti bahwa mesin berhenti sendiri apabila terjadi masalah.

Prinsip Jidoka kemudian menjadi bagian dari Toyota Production System (TPS), yang mengantarkan perusahaan manufaktur sekelas Toyota menjadi terbaik di dunia. Suatu konsep lean production (bangun kualitas, manufaktur wajib cerdas) bergaya Jepang.

Ada 2 pilar  utama dalam TPS, yaitu Just in Time (JIT) dan Jidoka.

1. Just in Time (JIT)

JIT berarti perusahaan hanya memproduksi jenis produk yang dibutuhkan ketika dibutuhkan dan sesuai jumlah kebutuhan. Hal ini memungkinkan tidak adanya penumpukan hasil produksi di dalam perusahaan karena semua produk yang dihasilkan bisa langsung disebarkan ke pasar.

Berdasarkan keterangan Bianca, staf PAD, dalam kegiatan #KompasianaVisit ketika Kompasianer mengelilingi area produksi, “Perencanaan di TMMIN dilakukan 3 tahun sebelum produksi dijalankan.”

Ini berarti, segala sesuatu sudah terkonsep dengan baik sebelum proses produksi, hingga produksi dijalankan, dan produk sampai ke pasar berada di tangan pengguna jasa.

Bahkan ketika mendengarkan penjelasan di ruang packing, pengiriman ke Kazakhstan memerlukan waktu sekitar 3 bulan. Pengiriman harus dipastikan aman mulai dari tempat pengiriman, selama di dalam perjalanan seperti di dalam kontainer, hingga mobil sampai ketujuan tanpa cacat atau goresan sedikit pun.

Tentu hal tersebut memerlukan perencanaan proses yang matang agar konsumen di belahan dunia mana pun bisa menikmati produk dengan bahagia, tanpa ada kekecewaan hanya karena hal sepele, seperti cacat goresan.

2. Jidoka

Konsep Jidoka berkaitan erat dengan kualitas produk. Saat berada di lapangan, begitu banyak penjelasan dari Pak Rosyid yang memaparkan tentang praktik Jidoka. Selama proses produksi, kualitas produk harus dipastikan dengan baik. Tidak menerima, membuat, dan meneruskan cacat. Ini berarti TMMIN mengedepankan kualitas.

Hal tersebut tampak sederhana, namun sulit diterapkan di lapangan karena berbagai faktor, misalnya; karyawan terkadang memilih memecahkan masalah sendiri daripada melaporkannya.

Untuk pencegahan cacat produk, pihak TMMIN melakukan pembedaan desain. Misalnya, satu komponen hanya bisa untuk satu mobil, maka komponen tersebut tidak bisa dipasangkan ke mobil model lainnya.

Untuk dapat menerapkan TPS di lapangan, memerlukan persiapan yang benar-benar matang. Mengutip tulisan di media cetak online, “Ada 4 Basic Manufacturing Management, yaitu 5 R yang rinciannya adalah Ringkas, Rapi, Resik, Rawat, Rajin, serta supervisory role, continuous kaizen, dan visual control atau Mieruka.”

Dan selama di lapangan, saya merasakan benar suasana yang disebut CBC (Clean Bright and comfort) untuk menghasilkan produksi maksimal. Suasana kerja yang rapi, teratur, dan serba cerah, termasuk pakaian pun warnanya harus cerah agar ketika terjadi sesuatu yang tidak diinginkan mudah untuk dikenali.

(Karyawan Nyaman Bekerja dengan Suasana CBC  | Foto: Kompasiana.com - Id Satto) 

(Suasana Keteraturan di TMMIN  | Foto: Kompasiana.com - Id Satto)

Dari kunjungan inilah saya pun dapat mempelajari budaya yang mungkin selama ini kurang saya sadari untuk terus dikembangkan, yaitu Kaizen yang berarti perbaikan terus menerus atau sempurnakan untuk berinovasi menciptakan sesuatu yang lebih baik dan belum pernah ada. Serta Respect for people yang erat kaitannya dengan Kaizen yang juga berbagi untuk orang lain, agar tercipta suasana yang lebih baik, dan terus menerus menjadi lebih baik, hingga tercipta keharmonisan dalam berbagai bidang.

Terbukti dengan filosofi dan prinsip-prinsipnya, banyak perkembangan yang begitu menakjubkan di dalam perusahaan Toyota sendiri berupa peningkatan kemampuan Sumber Daya Manusia, fasilitas ramah member seperti pada postingan saya sebelumnya, dan peduli kepada orang lain yang membutuhkan jasa Toyota dengan meningkatkan kinerja dan kualitas dari dalam sebelum produk dipasarkan.

Kunjungan ke Toyota, bagi saya bukan hanya perjalanan mengelilingi sebuah perusahaan manufaktur. Namun, sekaligus perjalanan perenungan kesuksesan Sakichi Toyoda untuk mencari kesempurnaan, terus mendorongnya lebih maju dan menciptakan serangkaian inovasi kecil dan mengusahakan sesuatu tercapai dalam waktu singkat.

Hal-hal yang mengubah dunia dari peningkatan kecil tetapi terus menerus dengan hasil-hasil radikal dan hasrat kuat untuk menolong orang, hingga lahirlah Pabrik Alat Tenun Otomatis Toyoda, cikal bakal Toyota Motor Company. Sekarang dunia mengenal Sakichi Toyoda sebagai seorang penemu dan industrialis Jepang, dan terkenal dengan sebutan “Raja Penemu Dari Jepang”.

Dalam era persaingan global ini, jika ingin terus maju, maka karakter harus kuat untuk membangun berbagai hal positif di dalamnya. Mau belajar dari budaya perusahaan yang telah berhasil, terus memperbaiki diri dan melakukan inovasi agar menjadi lebih baik. Tidak ada sesuatu di bumi ini yang nyata-nyata terjadi secara instan, semua memerlukan proses untuk menuju perubahan.

Budaya Toyota yang sudah terbangun sejak lama, mulai dari kisah sukses Sakichi Toyoda hingga terus berkembang di tangan generasi berikutnya, merupakan proses panjang membentuk kebiasaan yang dilakukan secara terus-menerus hingga benar-benar menjadi karakter yang melekat kuat. Di dalamnya ada cinta, kepedulian, dan cita untuk mengubah dunia dari hal terkecil yang awalnya lingkungan keluarganya hingga tanpa disadari pada awalnya membawa perubahan pada perkembangan dunia. Bahkan sekarang benar-benar mendunia.

Bagaimana dengan Anda? Ingin menjadi lebih baik dan menghasilkan karya yang mendunia?  Mengamati sekitar dan melakukan perubahan dari hal-hal kecil, mungkin bisa mulai dilakukan saat ini, dari sekarang, untuk kemajuan lebih baik hingga diwariskan kepada generasi berikutnya.

 

Salam

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Otomotif Selengkapnya
Lihat Otomotif Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun