Mohon tunggu...
susan Octavia
susan Octavia Mohon Tunggu... Konsultan - mahasiswa

Hobi membaca

Selanjutnya

Tutup

Ruang Kelas

Distribusi Solute Dua Pelarut yang Tak Bercampur

1 April 2024   20:03 Diperbarui: 1 April 2024   20:05 286
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Hukum distribusi atau partisi. Cukup diketahui berbagai zat-zat tertentu lebih mudah larut dalam pelarut-pelarut tertentu dibandingkan dengan pelarut-pelarut yang lain. Jadi iod jauh lebih dapat larut dalam karbon disulfida, kloroform, atau karbon tetraklorida. Lagi pula, bila cairan-cairan tertentu seperti karbon disulfida dan air, eter dan air, dikocok bersama-sama dalam satu bejana dan campuran kemudian dibiarkan, maka kedua cairan akan memisah menjadi dua lapisan. 

Cairan-cairan seperti itu dikatakan sebagai tak-dapat-campur (karbon disulfida dan air) atau setengah-campur (eter dan air), bergantung apakah satu ke dalam yang lain hampir tak dapat larut atau setengah larut. Jika iod dikocok bersama suatu campuran karbon disulfida dan air kemudian didiamkan, iod akandijumpai terbagi dalam kedua pelarut. 

Suatu keadaan kesetimbangan terjadi antara larutan iod dalam karbon disulfida dan larutan iod dalam air  Dalamcampura nsolute akan terdistribusi dengan sendirinya kedalam dua pelarut tersebut, setelah di kocok-kocok, kemudian dibiarkan maka akan menjadi 2 fasa yang terpisah. Koefisien distribusi adalah perbandingan konsentrasi kesetimbangan zat dalam dua pelarut yang berbeda yang tidak bercampur.
            Hukum distribusi pada metode ini dapat digunakan untuk menentukan aktivitas zat terlarut dalam satu pelarut jika aktivitas zat terlarut dalam pelarut lain diketahui, asalkan kedua pelarut tidak tercampur sempurna satu sama lain.Hukum distribusi (partisi) Nernst menyatakan bahwa asal keadaan molekulnya sama dalam kedua cairan dan temperature adalah konstan. Menurut hokum distribusi Nernst bila dalam dua pelarut yang tidak saling bercampur dimasukkan solute yang dapat larut dalam kedua pelarut tersebut, maka akan terjadi pembagian kelarutan. Kedua pelarut tersebut umumnya pelarut  organicdan air.
Menurut hukum distribusi Nerst, bila ke dalam kedua pelarut yang tidak saling bercampur dimasukkan solut yang dapat larut dalam kedua pelarut tersebut maka akan terjadi pembagian kelarutan. Kedua pelarut tersebut umumnya pelarut organik dan air.Dalam praktek solutakan terdistribusi dengan sendirinya ke dalam dua pelarut tersebut setelah di kocok dan dibiarkan terpisah.Perbandingan konsentrasi solut di dalam kedua pelarut tersebut tetap, dan merupakan suatu tetapan pada suhu tetap.Tetapan tersebut disebut tetapan distribusi atau koefisien distribusi. Koefisien distribusi dinyatakan dengan berbagai rumus sebagai berikut:
            KD = C2/C1 atau KD = Co/Ca
Jika ke dalam sistem dua fasa cair yang tak dapat saling bercampur ditambahkan zat ketiga yang dapat melarut pada keduanya maka zat ketiga akan terdistribusi diantara ke dua fasa tadi dalam jumlah tertentu. Bila larutan jenuh I2 dalam CHCl3 dikocok dalam air yang tidak larut dalam CHCl3, maka I2 akan terbagi dalam air dan dalam CHCl3. Setelah tercapai kesetimbangan perbandingan konsentrasi I2 dalam air dan CHCl3 pada temperatur tetap juga tetap,. Kenyataan ini merupakan akibat langsung hukum termodinamika pada kesetimbangan.

III. ALAT DAN BAHAN

ILI ALAT

Alat-alat yang digunakan pada percobaan ini adalah

 corong pisah 250 mL,

 erlenmeyer 250 mL, 

buret 50 mL, pipet ukur 10 mL. 

 labu takar 50 mL

Pipet tetes

III.2 BAHAN

Bahan-bahan yang digunakan pada percobaan ini adalah 

Asam Asetat 1 M.

 Petrolium eter, 

NaOH 0,5 M, dan 

indikator PP.

IV. PROSEDUR KERJA

1. Dibuat 50 mL asam asetat  dengan masing masing yang konsentrasinya 1,0; 0,8; 0,6; 0,4; 0,2 M.

2. Diambil25 mL larutan , dimasukkan kedalam corong pisah, sisanya diambil lagi 10 mL dimasukkan ke dalam erlenmeyer lalu dititrasi dengan larutan standar NaOH 0.5 M sehingga dapat diketahui konsentrasi mula mula dari asam asetat sesungguhnya. Titrasi silakukan sebanyak 2 kali.

3. Ditambahkan Larutan asam asetat dalam corong pisah  25 mL petrolium eter kemudian dikocok sampai terjadi kesetimbangan selama 10 menit. Kemudian dibiarkan sampai terjadi pemisahan yang jelas antara air dan pertolium eter.

4. Lapisan air dipisahkan kemudian diambil 10 ml. dititrasi dengan larutan standar NaOH 0,5 M sehingga diketahui konsentrasi dalam air setelah kesetimbangan. Semua titrasi Dilakukan 2 kali.

4. Percobaan ini dilakukan untuk setiap konsentrasi asam asetat yang berbeda seperti yang dibuat pada langkah 2 dan 3

V.Data Hasil Percobaan

1M=

 fasa atas(air) Dititrasi NaOH (VNaOh )= 18 ml fasa Bawah(eter) Dititrasi NaOH (VNaOH)=1.6 ml

0.8 M

Fasa atas(air)Dititrasi NaOH (VNaOH)=15.5 ml

Fasa bawah(eter)Dititrasi NaOH(VNaOH)=0,3 ml

0.6 M

Fasa atas(air) Dititrasi NaOH (VNaOH)=11 ml

Fasa Bawah(eter)Dititrasi NaOH(VNaOH)=2 ml

0.4 M

Fasa atas(air)Dititrasi NaOH (VNaOH)=7 ml

Fasa Bawah(eter)Dititrasi NaOH(VNaOH)=0,5 ml

0.2 M

Fasa atas (air) Dititrasi NaOH  (VNaOH) =5 ml

Fasa bawah (etee) Dititrasi NaoH (VNaOH)= 0.5 ml

Metode penentuan koefisien distribusi asam asetat dilakukan dengan penentuan konsentrasi asam asetat baik yang ada dalam fasa air maupun fasa organik. Pelarut organik yang digunakan dalam percobaan ini adalah Petrolium Eter.

Langkah pertama asam asetat dititrasi dengan NaOH 0,5 N menggunakan indikator pp sampai berubah warna dari bening menjadi merah muda. Titrasi ini bertujuan untuk mengetahui berapa besar massa asam asetat total yang akan terdistribusi pada pelarut organik dan air. Langkah berikutnya, asam asetat diekstraksi dengan mencampurkan pada pelarut organik seperti Petrolium. Ketika dimasukkan ke dalam corong pisah, kedua fasa tersebut tidak saling campur. Campuran ini kemudian dikocok beberapa menit, sehingga mengakibatkan terjadinya distribusi asam asetat ke dalam fasa organik dan fasa air. Fungsi pengocokan disini untuk membesar luas permukaan untuk membantu proses distribusi asam asetat pada kedua fasa.

Setelah tercapai kesetimbangan pada corong pisah, campuran kemudian didiamkan dan terbentuk dua lapisan. Pada pelarut Petrolium eter, asam asetat yang larut dalam air akan berada di lapisan bawah, sedangkan larutan asam asetat yang larut dalam pelarut Petrolium eter berada pada lapisan atas. Hal ini terjadi karena perbedaan berat jenis pelarut organik dengan berat jenis air. Larutan asam asetat yang larut dalam air (lapisan airnya) diambil, kemudian dititrasi dengan NaOH 0.5 N dan indikator pp. Pada titik akhir titrasi terjadi perubahan wama dari bening menjadi merah muda. Reaksi yang terjadi adalah sebagai berikut:

CH3COOH-NaOH → CH3COONa + H₂O

Petrolium eter tidak dapat bercampur karena berbeda kepolarannya. dan juga berat jenis air lebih besar dibandingkan petrolium eter, itu sebabnya air berada dibawah dan petrolium eter berada diatas pada saat didalam corong pisah. Pada percoaan kali ini hasil konsentasi dari penentuan konsentrasi asam asetat mula mula untuk CH.COOH 1,0 М yaitu 0,9M, untuk CH3COOH 0.8 yaitu 0,775M. untuk CH3COOH 0,6 M yaitu 0.55M, untuk CH,COOH 0.4 M yaitu 0,35M, untuk CHCOOH 0,2 M yaitu 0,25 M. Dan pada penentuan konsentrasi asam asetat seletat kesetimbangan CHCOOH 1,0 M yaitu 0,1M, untuk CH.COOH 0,8 M yaitu 0,08M, untuk CH:COOH 0,6 M yaitu 0,05M, untuk CH,COOH 0,4 M yaitu 0.04M. untuk CHCOOH 0,2 M yaitu 0.025M. Sedangkan konsentrasi petrolium eter CH COOH 1,0 M yaitu 0.8 M, untuk CH,COOH 0,8M yaitu 0,695 M, untuk CH,COOH 0,6 M yaitu 0,5M, untuk CH,COOH 0,4 M yaitu 0.31M, untuk CHCOOH 0,2 M yaitu 0.225 M. Nilai k yang diperoleh akan menunjukkan kemampuan solute terdistribusi dalam solven ke 2 (asam asetat dan air) terhadap solven 1 (toluen)

KESIMPULAN

1.Distribusi senyawa organik pada dua pelarut yang tidak bercampur dapat diketahui dengan melihat nilai K atau koefesien distribusi dan hasil  yang diperoleh pada saat melakukan  percobaan ,zat terlarut atau zat yang dipisahkan terdistribusi diantara kedua lapisan yang sama lapisan organik dan lapisan akuades

2. cara mengidentifikasi lapisan organik diantara dua pelarut yang tidak bercampur dapat dilakukan dengan cara melihat kepolaran antar kedua zat hal ini dikarenakan perbedaan kepolaran yang membuat kedua zat tidak bercampur . Perbedaan  Massa jenis zat juga yang mementukan lapisan  mana yang berada dibagian atas maupun bagian bawah. Massaa jenis yang lebih berat  dibagian lapisan atas karena semakin besar massa jenis nya maka akan semakin besar massa setiap volumenya , begitu juga sebaliknya 

Lampiran

dokpri
dokpri

dokpri
dokpri

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ruang Kelas Selengkapnya
Lihat Ruang Kelas Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun