Mohon tunggu...
Leonora Suzan M Litaay
Leonora Suzan M Litaay Mohon Tunggu... wiraswasta -

0,036% berdarah londo kw 2 yang impatience | amateur writer / photographer\r\n(contact me : susanlitaayakun@gmail.com |\r\ninstagram : leonmarth

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cincin Trisna Lucious

25 Januari 2015   21:34 Diperbarui: 17 Juni 2015   12:23 31
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
14221712301171426884

Sapu tangan Trisna makin kusut. Gadis berambut kecokelatan ini jarang sekali terlihat panik mengingat jam terbang untuk anak seusianya yang sudah tinggi dibanding teman sebaya usia 7 tahun. Bu Lerry datang kembali membawa sekaleng soda dingin kesukaan Trisna. Guru les biola ini memang sangat memahami tabiat gadis putri tunggal Pak Indrakusuma. Sejak sepeninggal almarhumah ibunda dua tahun lalu, Trisna pernah menjadi pendiam dan sangat introvert. Dengan pendekatan yang dilakukan bu Lerry, wanita berusia hampir 47 tahun ini yang dengan kesabaran dan tangan dinginnya mampu mewujudkan Virginia Trisna menjadi gadis berbakat di bidang musik dan sangat ramah serta mudah bersosialisasi. Malam ini adalah acara puncak bagi para finalis lomba biola se-elementary school di Jakarta timur.

"Maaf, maaf aku nggak sengaja..!" jawab seorang pria seusia Trisna dengan mata penuh harap akan maaf darinya. Pria kecil ini baru saja menyenggol kaleng soda namun untung tidak menumpahkannya. Masih mengulurkan tangan kanannya, dan Trisna agak lambat meresponnya. "Eh, heiii, bukannya kamu kakak kelas? Anak kelas dua B?" Trisna tiba-tiba menjabat erat tangan teman barunya ini."Iya sebenarnya aku juga mau bilang begitu. Kamu Trisna kan? Aku Lucious.."Jawab Lucious ramah. Trisna telapak tanganmu dingin sekali. Trisna hanya tersenyum, sembarut wajah malu sekilas terlihat namun memendar. Setelah penampilan pemuda itu, Lucious menjelaskan sambil matanya melirik ke panggung pentas, aku akan tampil. Kemudian dia menunduk, serius merangkai sesuatu... kenapa dia menarik benang di kaos kakinya. Gumam Trisna agak heran. Ini, pakailah, semoga dapat mengurangi kegugupanmu Tris..,aku ke belakang panggung dulu ya..." Lucious agak tergesa-gesa menuju belakang panggung. " Baiklah .. trims Lucious.. sukses yaaaaaa.." Teriak Trisna girang.

Cincin benang itu sekarang dipakai Trisna di jari kelingking. Dua puluh tahun yang lalu tentu saja masih agak longgar di jari telunjukku, namun sekarang agak sesak walau diet ketat sudah kuterapkan enam bulan terakhir ini. Ya, berharap gaun merah kado natal, berbahan silk karya seorang desainer mitra kerja papa bisa pas di tubuh. Sudah 10 menit, Lucious masih belum kelihatan juga. Apakah dia jauh lebih tampan dari wajahnya di skype beberapa minggu ini? Minggu lalu aku akhirnya jadian dengan Lucious. Lucunya, kami bertemu lagi dalam sebuah blog event musik dua bulan lalu. Itu yang aku akui pada Lucious. Cerita sebenarnya, aku adalah pengagum berat atau fans fanatiknya sejak SMA kelas dua nama Lucious muncul di majalah remaja sebagai pemuda Indonesia yang bertalenta di luar negeri. Sejak kemunculan perdananya di media massa, tak lama namanya makin tenar di media social. Ternyata saat kelas 5 SD, Lucious dan kedua kakaknya serta kedua orangtuanya pindah ke Kanada, karena ayahnya bertugas disana. Bakat dan kariernya meningkat pesat, saat aku dan teman-temanku malah sibuk dengan urusan remeh temeh anak muda yang nggak jelas juntrungannya. Hal ini yang membuatku agak kaku untuk menghubunginya lebih dulu di akun media socialnya. Prestasiku di biola hanya berakhir di usiaku 9 tahun, dua tahun setelah meraih juara 3 umum lomba biola yang mempertemukanku dengan Lucious. Sejak itu memang kami jarang bertemu di sekolah.

Saat merasa mantap dan 89% yakin dengan hanya 3 foto wajah Lucious yang ada di media social. Ya garis wajah agak aristokrat dengan dagu agak terbelah dan warna kulit yang tak berubah jauh. Awal bulan lalu aku memulai percakapan di chat dengan langsung memberikan foto cincin benang. Empat jam kemudian muncul balasan dengan emiticon senyum. Aku masih berharap ada komentar lain di balik senyuman berupa text. Tidak lama 20 menit kemudian dia langsung mengundang aku dalam pertemanan. Aku agak jual mahal untuk menerima. Lalu ada text yang muncul "..Trisna, kaukah itu? Apa kabar kalau memang itu Trisna, gadis kecil 20 tahun lalu yang aku kasih cincin dari rangkaian benang kaos kakiku." Aku langsung menjawab " YA!!!" sembari menerima pertemanan dari undangannya. Sejak hari itu, hampir tiap hari kami janjian untuk chat, sampai akhirnya memutuskan untuk saling bertatapan, mendengar langsung suaranya, menyanyikan lagu konyol,dan aku tertidur dalam permainan biolanya , semua lewat skype. Kamis kemarin Lucious ingin menemuiku langsung, sehingga kemarin sore dia tiba di Jakarta dan menginap di rumah tantenya. Dia tidak ingin dijemputku, hanya ingin menatapku langsung dengan gelaran makan malam special yang sudah diatur baik olehnya di sebuah hotel dengan kantorku. Nah, dia datang. Aku agak malu, senyumku terlihat sangat kikuk. Dia langsung menghampiri, memelukku dan membuka percakapan.

"Cincin beneran lho ini Tris... Lucious agak bercanda namun juga serius dalam tatapannya. Malam ini aku melamarmu, sayang. Maukah kau menjadi teman berbagiku selamanya, Virginia Trisna?". Aku mengangguk, meneteskan air mata lalu menunduk. Luciuos memegang lembut daguku, aku mengangkat perlahan, kami saling memeluk. Ya, diguyur hujan anugerah bagi dua insan, aku dilamar di dalam mobil tua orang tua calon suamiku.. Semoga semesta memberkati.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun