Emosi merupakan perasaan yang ada dalam diri kita, dapat berupa perasaan senang atau tidak senang, perasaan baik atau tidak baik. Pengertian lain tentang emosi menurut Golemen (Desentralisasi, n.d.) yaitu emosi merujuk pada perasaan atau pikiran khasnya, suatu keadaan biologis dan psikologis serta kecenderungan untuk bertindak. Emosi tidak hanya dimiliki oleh orang dewasa saja tetapi juga dimiliki oleh anak-anak. Emosi merupakan perasaan, terjasdi kertika seseorang berada dalam suatu konsisi atau sedang terlibat dalam interaksi penting baginya.
 Apakah emosi itu penting ? dan mengapa? Ya, emosi itu penting karena terdapat beberapa manfaat dari emosi tersebut, yaitu diantaranya : Motivasi dengan adanya emosi dapat membuat ia termotivasi dalam bertindak, Danger yaitu dapat membantunya dalam menghidari bahaya, Decition yaitu dapat membantunya dapat membuat keputusan, Intra-Subyektif yaitu dapat membantu orang lain dalam memahami seseorang, Inter-Subyektif yaitu membantu dalam memahami orang lain.Â
Selain dari kelima manfaat dari emosi terdapat juga dampak dari emosi yaitu, diantaranya Asertif (mengekspresikan ide dan perasaan), Regulasi (kemampuan seseorang dalam mengelola dan memberikan respon terhadap suatu pengalaman emosional), Self-Esteem (percaya diri), Empati, Relasi. Terdapat pula komponen emosi, yaitu subyektif (berupa pengalaman pribadi), sosiologis (respon fisik saat terjadi), ekspresif (respon perilaku yang terlihat).
Lalu apa yang dilakukan anak ketika ia sedang emosi ? Ketika anak emosi terdapat tiga hal yang biasa dilakukannya, yaitu represion merupakan menekan, menganggap tidak ada atau upaya seseorang untuk menyingkirkan frustasi, konflik batin, mimpi buruk dan sejenisnya yang menimbulkan kecemasan dengan menekannya untuk tidak masuk dalam kesadaran. Agresif yaitu menyerang karena tidak mempunyai shelter. Ekspresi yaitu merasa aman nyaman, mampu mengomunikasikan masalah pada saat dewasa.
Adapun perkembangan social emosional adalah tentang bagaimana anak memahami perasaan dan emosi dirinya, mengelolanya dan bagaimana mereka mengomunikasikan dengan tepat dengan lingkungannya. Hurlock mengatakan dalam  (Suharyati, 2014) secara umum pola perkembangan emosi anak meliputi 9 aspek yaitu rasa takut, malu, khawatir, cemas, marah, cemburu, duka cita, rasa ingin tahu dan rasa gembira.
Mengapa kita perlu mengetahui tentang perkembangan sosial emosional ?  yaitu, self awarness (menyadari keadaan diri sendiri), self management ( bagaimana mengatur dan mengendalikan), social awareness ( menyadari siapa saja yang ada di sekitarnya), relationship management (bagaimana berhubungan dalam bermasyarakat bahan dalam keadaan yang bersebrangan), responsible  decition making ( mengambil keputusan yang dapat dipertanggung jawabkan).
Perkembangan sosial dan emosional memiliki arti yang sama pentingnya dengan perkembangan kognitif atau motoriknya. Anak-anak yang memiliki kemampuan emosional yang baik terlihat lebih mandiri, memiliki kemampuan yang keras, penuh percaya diri, memiliki tujuan-tujuan tertentu.
Menurut Hijriati(Hijriati, 2019) faktor-faktor yang dapat mempengaruhi perkembangan sosial kepastian mental (emosi dan intelegensi), faktor lingkungan belajar. Dari beberapa faktor tersebut sangat berpengaruh dalam perkembangan sosial dan emosial pada anak usia dini.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H