Berbulan-bulan beralalu sejak Covid-19Â melanda Indonesia, banyak rencana kegiatan yang melibatkan kerumunan ditunda. Tingkat jumlah pasien positif Covid-19 meningkat meski telah menetapkan peraturan yang ketat yang melekat di ingatanan dan menjadi norma baru seperti belajar dari rumah, lock down, dan protokol kesehatan lainnya yaitu menjaga jarak, mencuci tangan pakai sabun dan memakai masker. Norma tersebut merambah hingga ke pelosok negeri termasuk di Desa Golo Nderu, Kecamatan Pocoranaka, Manggarai Timur, NTT.
Desa Golo Nderu yang juga termasuk sekolah dampingan Wahana Visi Indonesia ADP (Area Development Program) Manggarai Timur, sebelumnya telah memiliki kelompok anak Generasi Emas (Golden Generation) yang beranggotakan anak dan remaja yang tinggal di desa tersebut. Kelompok anak tersebut bersama tim WVI rutin melaksanakan kegiatan dan mendapatkan perhatian untuk memutuskan mata rantai Covid-19 dengan diberikan berbagai fasilitas pendukung seperti masker, tank air, sabun dan pendukung lainnya. Adapaun salah satu kegiatan kelompok anak Golden Generation yang berhasil dilaksanakan saat pendemi ini adalah pementasan teater.
Kelompok anak Golden Generation, dalam kesederhanaan dan berbagai kendala selain ketentuan membuat kegiatan saat pandemi seperti fasilitas dan cuaca ketika latihan tetap produktif dan kreatif membalut masalah dan perubahan sosial yang terjadi dalam karya seni teater yang berjudul Baling Ite dan Benggong. Sekilas teater Ata Baling Ite (Bahasa Manggarai) berarti orang terdekat, berkisah tentang masalah kekurangan air bersih di masyarakat disebabkan oleh masyarakat yang saling menyalahkan sehingga tidak kunjung menyelesaikan masalah malah menambah.
Selanjutnya Teater Benggong (Bahasa Manggarai) yang berarti kehilangan harapan. Â Keadaan tersebut karena bergesernya makna tanah bagi masyarakat. Semula tanah subur dan memberikan kehidupan; Â Sekarang karena keangkuhan manusia yang mental instan, menjual tanah dan angkuh menguasai tanah orang.
Kedua  teater tersebut apik dibawakan dalam perpaduan budaya Manggarai oleh anak-anak yang telah mantap setelah sebulan latihan. Setiap lakon seprti nyata, membius penonton sekaligus masyarakat setempat hadir di sekitar panggung terbuka, lapangan SDI Nggari pada Minggu,  21 Februari 2021, pukul 17.00- 19.00 WITa.Â
Pentasnya teater sederhana dengan sound system, lighting, kamera, makeup, dan aksesoris  serba pinjam dari masyarakat serta dihadiahi cuaca cerah oleh Pencipta melipatgandakan syukur. Syukur karena meski baanyak tantangan berlahan tujuan kegiatan pementasan teater tersebut terjawab. Tujuannya yaitu mengurangi kejenuhan anak akibat pandemi. Selain itu, agar anak dan masyarakat (penonton) peka terhadap perubahan dan masalah yang terjadi dan sama-sama berpikir kritis cara menyelesaikannya pun mencegah masalah lain yang disebabkan oleh ego manusia yang mirip dalam teater.
***
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H