Mohon tunggu...
Sonya Alkorisna
Sonya Alkorisna Mohon Tunggu... Guru - Sator Arepo Tenent Opera Rotas

DoubleO and family is Evrything

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Perempuan Memes Papua

13 April 2020   04:01 Diperbarui: 13 April 2020   11:25 354
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gambar Ilustrasi, ketika Perempuan Memes Papua mengenakan pakaian adat: cawat yang berwarna coklat dan Habukhapio (hiasan kepala biasnya dari bulu burung).


Perempuan di berbagai daerah dipandang berbeda-beda oleh masyarakatnya. Di Memes, Distrik Venaha, Kabupaten Mappi, Provinsi Papua, perempuan adalah tulang punggung keluarga. Semua kebutuhan rumah tangga terpenuhi oleh kerja keras, seperti mengolah sagu, memancing ikan, berkebun dan mengurus anak. Sedangkan laki-laki biasanya berburu di hutan.

 Fokus ke pengolah sagu, saya ceritakan  secara garis besar tentangnya berdasarkan pengamatan lansung dan pengalaaman selama berada di Memes saat ini. Sagu adalah makanan pokok masyarakat setempat, dinikmati dengan cara bakar dan juga rebus jadi bubur (Papeda).  Teksturnya kenyal jika dibakar dan lengket kalu dibuatkan Papeda. Cara penyajiannya cukup dengan ulat sagu,  ikan bakar atau kuah kuning pen sesuai menu tersedia.

 Pengolah sagu terbilang susah karena menggunakan cara tradisional. Pertama-tama perempuan Memes harus Pangkur dengan cara menebang pohon sagu yang berdiameter kurang lebih 1 meter menggunakan Kapak, lalu membelahnya, kemudian mencincang isi pohon. Proses selanjutnya adalah merendam cincangan sagu di air lalu memerasnya menggunakan tangan ataupun karung untuk menghasilkan pati. Sifat pati yang mengandung banyak air , membuatnya berat saat di gendong pulang rumah.  Pati sagu dari sepohon biasanya  dikonsumsi selama 1 minggu. Kemudian, perempuan Memes akan melewati tahap yang sama tanpa mengeluh. Sungguh perempuan tangguh yang patut dijadikan teladan.

Seorang guru di SDI Memes, Ika Marika Yulia Siloy, SPd. (26) yang juga merupakan perempuan asli Papua mengatakan, "keberadaan perempuan sebagai tulang punggung,  sudah menjadi identitas sebagian besar perempuan  di tanah Papua (Mace Suku)".     Ironi memang jika dibandingkan dengan permpuan- perempuan di luar pulau ini. Perempuan Papua bagiku hebat,  tidak habis-habisnya saya  bepikir betapa tulus pengorbanan mereka demi cinta keluarga. Dalam hidup, mereka seperti lumut indah yang  setia merangkul batu keras tidak peduli terik siang, dingin malam dan deras hujan sampai batu keras sekalipun jadi lunak.
***
Memes Papua, 12 April 2020

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun