Mohon tunggu...
Susan Budhi Utomo
Susan Budhi Utomo Mohon Tunggu... Freelancer - Being a blogger is the way to heaven ^_^

The world is so big but life is too short

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Pelangi di Bandara Narita

18 Desember 2023   12:51 Diperbarui: 18 Desember 2023   12:59 138
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

"Karen, kamu Karen kan ?",  tiba-tiba suara lelaki membuyarkan konsentrasiku dari layar HP yang aku pegang. Aku menggerakan kepala ke atas dan tampak di depanku seorang lelaki memakai jaket tanpa kerah berwarna biru tua dipadukan celana jeans biru terang, semua kancing jaketnya dibiarkan terbuka sehingga semua orang bisa melihat kaos polos dibalik jaketnya  yang berwarna  merah tua, sepatunya model sneaker dari brand terkenal. Saat ini memang sedang musim gugur di Jepang yang menyebabkan suhu udara bertambah dingin di ruang tunggu Bandara Narita, Tokyo yang kecil untuk ukuran airport  internasional. "Oh My God,", aku berteriak dalam hati ketika sadar siapa yang baru saja menyapaku. " Tristan ?" sambil kusodorkan tangan menyambut uluran tangannya, aku lihat cincin emas warna putih melingkar di jari manisnya, dia memakai kacamata model klasik dengan bingkai  plastik warna coklat tua, dulu bingkai kacamatanya dari tembaga warna putih, badannya tidak berubah masih kurus tinggi sama seperti dulu, model rambutnya pun masih sama dipotong pendek berbelah pinggir dengan sedikit poni yang menjuntai diatas alisnya yang  tebal, masih tampan.  Aku masih ingat semuanya padahal sudah lama sekali kami tidak bertemu, mungkin sekitar 15 tahun dan kami kehilangan kontak, kami berdua saling menghindar, lebih tepatnya aku yang menghindar darinya dan kami tidak mempunyai teman pergaulan yang sama karena kami tidak pernah satu sekolah jadi tidak ada alasan kami bisa bertemu walau aku tidak pernah benar-benar melupakannya.


Ingatanku sesaat melayang mundur ke belakang saat pertama kali kami bertemu di tempat bimbingan belajar untuk persiapan masuk perguruan tinggi negeri. Aku tidak tahu  siapa  yang lebih dulu suka yang pasti hatiku berdebar saat melihatnya dan aku tidak pernah menjadi orang yang sama lagi setelah itu karena aku yakin telah jatuh cinta pada pandangan pertama, cinta pertamaku. Suatu hari kami tidak sengaja naik kendaraan umum yang sama  dengan model kursi berhadap-hadapan, aku heran bisa satu Mikrolet dengannya karena aku pernah melihatnya dijemput mobil sedan warna biru perak tapi aku senang sekali karena sekarang dia berada tepat duduk didepanku dan dia tahu aku gugup berdekatan dengannya sehingga menyodorkan permen untuk mencairkan suasana. Kemudian  cerita selanjutnya seperti film remaja saat itu, dia sering memberikan perhatian tiap bertemu di tempat bimbingan belajar, kemudian kami mulai pacaran.


" Ah senangnya, aku masih diingat ",  suaranya menggoda membuyarkan lamunanku, dia tersenyum dan duduk di bangku kosong sebelah kananku sambil meletakan tas ransel dari punggunggungnya di bawah dekat kaki kanannya, senyuman yang dulu sering membuatku rindu. Hari ini bandara Narita tidak terlalu ramai, mungkin karena sedang low season atau bukan musim liburan sehingga banyak bangku yang kosong di ruang tunggu. "Kamu sedang apa di Jepang, sendiri saja ?", lalu aku cerita baru selesai liburan berlima bersama kawan-kawan perempuanku tapi yang dua orang sudah kembali ke Indonesia kemarin dan dua orang lagi masih lanjut liburan di Jepang jadi hanya aku yang pulang  sendiri ke Jakarta hari ini karena aku sudah mulai kerja besok. "Jepang memang paling indah saat musim gugur", katanya  dan aku tersenyum sambil mengangguk menyetujui perkataannya. "Kalau kamu ada keperluan apa ke Jepang ?",  aku bertanya karena memang ingin tahu, bukan karena basa-basi, dia bilang  karena urusan kantor sering bolak-balik ke Jepang.


Kemudian dia menawarkan apakah aku mau cari tempat lain untuk mengobrol karena pesawatnya akan berangkat  masih lama, oh ternyata dia hanya transit di Tokyo dari Fukuoka sebelum naik pesawat lanjutan ke Jakarta dan pesawat kami menuju Jakarta berbeda karena kami membeli tiket dari maskapai berbeda artinya kami tidak mempunyai  waktu yang lama untuk mengobrol padahal aku tadi sempat mengira kami akan pulang dalam satu pesawat yang sama. "Hhhmmm sayang  tidak bisa, sebentar lagi aku harus boarding ", jawabku ragu , uuuhhh baru kali  itu aku merasa sebal  karena pesawat akan datang tepat waktu dan berdoa jahat dalam hati mengharapkan ada kejadian yang membuat pesawatku terlambat atau dijadwal ulang.  Aku melirik menunggu reaksinya dan saat melihat wajahnya dari samping, pikiranku kembali melayang ke masa saat kami masih pacaran.  Kami kasmaran saat itu, jenis cinta yang menggebu-gebu untuk remaja usia 18 tahun, setiap ada kesempatan ingin selalu bertemu tapi semakin lama mengenalnya, aku merasa tidak nyaman karena kondisi keluarga kami sangat bertolak belakang tapi harga diriku terlalu tinggi untuk berterus  terang bahwa aku tidak percaya diri untuk terus berhubungan dengannya, aku yang pintar dan ceria tapi sebenarnya rapuh karena berasal dari keluarga broken home yang kacau balau sehingga aku menghindar dengan alasan kesibukan dan akhirnya berpisah  tanpa kepastian  yang pasti menyakitkan perasaannya.


Ting tong kudengar suara dari speaker yang dilanjutkan dengan informasi dalam bahasa Inggris bahwa pesawatku akan segera tiba dan semua penumpang dianjurkan segera boarding, "Pesawatmu akan tiba", suaranya sangat dekat di telingaku, aku menggangguk sambil mengangkat pantatku dan berdiri dari tempat duduk, dia juga ikut berdiri kemudian mengeluarkan sesuatu dari tas ransel yang dari tadi dia taruh disamping kakinya saat  duduk tadi. "Untuk Sabrina",  katanya sambil menyodorkan sekotak coklat dalam kemasan kaleng yang bergambar Hello Kitty yang  mungkin baru dibeli di  toko duty free atau toko bebas pajak yang berjejer di bandara, mungkin oleh-oleh untuk anaknya yang pasti hadiah itu untuk anak perempuan bila dilihat dari kemasannya. Aku mencoba mencerna kembali perkataannya karena khawatir salah mendengar tapi  jelas  sekali tadi dia menyebut nama anakku, dari mana dia tahu namanya? sejak tadi kami tidak sempat bertanya tentang keluarga masing-masing, kami sepertinya sepakat dalam diam untuk tidak menbicarakannya. Aku memiringkan kepala karena bingung dan terkejut, "Aku pernah intip media sosial kamu , hati-hati yaa lebih baik akun kamu disetting privacy jadi tidak semua orang  bisa melihat",   dia menjelaskannya seolah tahu pikiranku tadi, "Terima kasih",  aku menjawab sekaligus untuk perhatiannya yang mau memberikan hadiah untuk anakku dan telah diingatkan untuk memprotek akun media sosialku.


Kami berjalan beriringan sampai di pintu gerbang tempat aku akan boarding, " Hati-hati Karen, aku sangat senang bertemu kamu hari ini",  ujarnya sambil memasukkan tangan kanannya ke saku jaket, apa dia sedang gugup dan bimbang seperti yang aku rasakan juga tapi dia tidak mengatakan apa-apa lagi, "Aku juga, tidak menyangka kita bertemu disini",  aku balas dengan kikuk sambil bergegas menuju gerbang penegecekan tiket yang sekarang sudah ada beberapa orang yang mengantri dan menjauh darinya tapi hatiku berkata lain dan mendorong langkahku berhenti kemudian kembali berdiri di depannya, "Maafkan aku, dulu pergi tanpa alasan yang jelas dan mungkin menyakiti perasaanmu", kudengar suaraku sendiri tersekat di tenggorokan karena menahan air mata agar tidak jatuh. "Aku mengerti Karen, seharusnya aku juga tidak gampang menyerah tapi kita masih sama-sama muda saat itu" katanya pelan yang membuat hatiku lega.


Pertemuan kami yang hanya sebentar sore ini seperti pelangi yang muncul tak terduga sehabis hujan dan akan pergi setelah matahari datang,  warnanya memberikan sensasi indah pada mata dan menyentuh hati. Aku senang dan lega karena akhirnya mempunyai kesempatan untuk menjelaskan perasaan yang telah mengganjal hatiku selama ini karena pernah melukai perasaannya. Sayonara Jepang, Sayonara Tristan....

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun