Mohon tunggu...
Apriana Susaei
Apriana Susaei Mohon Tunggu... Administrasi - senang menulis apa saja

sedikit pengalaman, kurang membaca, jarang belajar dari orang lain, banyak merenung dan senang menulis apa saja

Selanjutnya

Tutup

Parenting

Bonding Tresno Jalaran Soko Kulino

21 September 2024   16:47 Diperbarui: 21 September 2024   16:57 72
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi Orang tua dan Anak (Unsplash.com)

Judul diatas tentu saja hanya peleseten. Rima pada kalimat itu hanya "dipas-pasin" saja sesuai pepatah jawa yang aslinya, witing tresno jalaran soko kelino. Artinya, awal dari sayang atau cinta tumbuh karena kebiasaan.

Namun jika dilihat lebih jauh, makna dari pepatah ini tidak hanya melulu soal percintaan orang dewasa. Namun, dapat juga arti cinta antara orang tua dan anak, karena makna cinta sangatlah luas. Dalam tradisi jawa manifestasi falsafah ini dianggap sudah lahir dan sudah teruji beratus juta tahun yang lalu.

Bonding atau ikatan antar orang tua dan anak tidak akan lahir jika tidak ada kedekatan, saling mengerti dan tentu saja cinta. Sebagaimana cinta, bonding lahir dari kebiasaan. Dalam pepatah itu, acapkali kebiasaan yang sering diceritakan adalah karena kebiasaan atau seringnya pertemuan.

Begitu pula dengan bonding antara orang tua dan anak, ikatan kedekatan lahir karena seringnya pertemuan. Dalam pertemuan itu, orang tua dan anak saling berbagi, entah pengalaman, emosi, waktu dan juga kepercayaan yang nantinya akan memperkuat ikatan antar individu.

Pertemuan dalam pola mengasuh kini telah bergeser pada keberadaan atau kehadiran orang tua dalam perkembangan anak. Keberadaan orang tua yang lengkap dianggap mampu menciptakan anak yang lebih bahagia.

Peran ayah

Isu keberadaan orang tua yang saat ini sering menjadi sorotan adalah kehadiran seorang ayah. Sempat ramai di media sosial mengenai pentingnya keberadaan sosok ayah dalam tumbuh kembang anak.

Perdebatan isu ini dimulai dari penelitian yang menyebutkan Indonesia sebenarnya termasuk negara fatherless ketiga di dunia. Walau tidak dijelaskan asal penelitian dari mana, namun isu ini jadi penggugah pertanyaan ulang peran ayah bagi tumbuh kembang anak di Indonesia.

Lewat isu ini, artinya banyak anak yang kekurangan sosok "ayah" dalam hidupnya baik secara fisik maupun psikologis. Kenyataannya, fatherless ini diartikan bukan karena soal tidak adanya ayah karena perceraian atau ditinggal meninggal, namun sering juga karena kurangnya keterlibatan sosok ayah dalam kehidupan anaknya walau sedang berada di rumah. 

Padahal peran ayah dalam tumbuh kembang anak di rumah dapat diawali dengan menciptakan bonding dengan anak. Hal-hal sepele yang biasa ibu lakukan dapat dilakukan oleh ayah, misalnya: menyuapi anak, menemani anak mengerjakan PR serta mengajak anak bermain.

Cinta antara anak dan orang tua dapat hadir melalui kebersamaan. Seringnya bertemu menciptakan ikatan yang kuat. Selain itu, ikatan ini juga dapat tumbuh karena rasa nyaman.  

Kebersamaan dan Kenyamanan

Dalam buku The Danish Way Of Pareting, gaya pengasuhan orang-orang Denmark telah terbukti menjadi faktor penting yang membentuk Denmark sebagai sebagai negara paling bahagia sedunia selama lebih dari 40 tahun, menurut World Happiness Report oleh PBB.

Buku The Danish Way Of Parenting (dok. pribadi)
Buku The Danish Way Of Parenting (dok. pribadi)

Cara mengasuh anak ala orang Denmark, menjadi pola yang terus muncul antar generasi. Anak-anak yang bahagia tumbuh menjadi orang dewasa yang bahagia, lalu membesarkan anak-anak yang bahagia juga dan seterusnya.

Kebersamaan dan kenyamanan merupakan salah satu cara untuk meningkatkan bonding antara anak dan orang tua, metode ini menjadi satu dari enam metode yang ditawarkan buku ini yang kemudian disingkat PARENT, Play (bermain), Authenthenticity (autentisitas), Refarming (memaknai ulang), Empathy (empati), No ultimatum (tanpa ultimatum) dan Togetherness (kebersamaan).  

Disebutkan, bahwa kualitas kebahagiaan diukur dengan waktu yang berkualitas antara teman dan keluarga. Bersantai bersama, adalah cara orang Denmark menciptakan waktu yang berkualitas dan menciptakan ikatan sosial di antara mereka.

Selain kebersamaan, kenyamanan atau Hygge menjadi penting bagi orang Denmark. Hygge dianggap sebagai gaya hidup untuk menciptakan rasa nyaman bersama-sama. Makan malam keluarga bersama, barbekyu pada akhir pekan, memainkan game yang semua orang bisa berpartisipasi atau bahkan camping bersama keluarga adalah salah satu contohnya.

Kebersamaan dan membentuk kenyamanan di dalamnya, adalah cara untuk menumbuhkan hubungan yang paling dekat, ini menjadi predictor terbesar dalam kebahagiaan personal. Bersantai bersama akan meningkatkan pertemuan keluarga  untuk membuat pengalaman yang lebih menyenangkan dan berkesan untuk anak-anak.

Sehingga, cinta akan tumbuh karena pertemuan yang lahir dari waktu yang berkualitas. Sehingga menumbuhkan hubungan yang paling dekat. Bonding, karena sering atau terbiasa bersama, soko kulino.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Parenting Selengkapnya
Lihat Parenting Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun