Ternyata benar saja, seorang perempuan muda mendatangi saya.
“Gondongan yah pak?” seolah-olah dia sudah tahu tanpa bertanya, hanya dengan melihat rahang saya yang sudah mengembang seperti rahang kodok yang sedang bersuara minta kawin.
“Sini pak,” ujarnya memanggil saya sambil membawa kuas besar untuk melukis. Saya pun menurut.
“Jangan minum yang dingin-dingin dulu yah pak, jangan makan gorengan,” ujarnya tanpa ba-bi-bu langsung menulis mantra cina pada rahang saya yang bengkak.
“Jangan dihapus yah pak, sampai kering, ini diminum” ujarnya lagi sambil memberikan obat yang entah terbuat dari apa. Sayapun luluh.
Sebodoh-bodohnya manusia seperti saya, tentu punya rasa ingin tahu, sebenarnya apasih yang menyebabkan penyakit ini. Kapan saya mulai tertular? padahal waktu awal-awal kena, rasanya otot-otot rahang ini hanya seperti tertarik, pegel-pegel di mulut dan rahang, saya hanya menganggap enteng dan berpikir jangan-jangan ini hanya efek karena saya sering bersin-bersin.
Gondongan ini terasa sakit, saya mulai meriang, terlebih penyakit ini saya derita pada saat saya sedang puasa Ramadan. Lewat gawai yang senantiasa tak lepas dari ibu jari di tangan, akhirnya saya mengetahui penyebab penyakit ini adalah virus. Infeksi ini menyerang kelenjar ludah saya. Seperti kita tahu, virus tidak ada obatnya.
Namun, pertanyaan mengapa saya tertular belum sepenuhnya terjawab.
Sampai suatu hari, saya belanja obat meriang di warung dekat rumah.
“Sakit apa pak?” tanya ibu pemilik warung.
“Gondongan, Bu,” jawab saya singkat sambil menahan rasa sakit.