“Kalau pada orang dewasa, biasanya lebih lama, Pak,” ungkap dokter disela-sela saya berobat.
“Waah,” jawab saya kaget.
“Iya pak, karena masa inkubasinya selama dua minggu.” Timpal dokter kemudian.
Saya tak menyangka, masa sembuh penyakit ini ternyata lebih lama. Anak saya yang mengalami gondongan tahun lalu saja sembuh hanya dalam waktu seminggu, logikanya orang dewasa yang mengidap penyakit ini harusnya lebih cepat, karena imunnya lebih kuat pikir saya.
Selang beberapa hari, kabar penyakit gondongan yang saya alami ini telah sampai kepada teman dan handai tolan. Reaksi pertama dari teman-teman ternyata mereka banyak bertanya.
“Kurang yodium, lu?” tanya mereka di ujung obrolan pada kolom chat. Padahal gondok dan gondongan adalah dua penyakit berbeda. Lucu juga mendengarnya.
Sementara keluarga mencoba untuk memberi solusi yang menambah saya terheran-heran.
“Dahulu emak biasanya dikasih blao, itutuh buat cuci baju!” ujar emak diujung telepon. Zaman sekarang, di mana bisa beli blao tanya saya dalam hati.
Lain lagi dengan sang istri, dia lebih realistis memberikan argumen.
“Bawa saja ke toko obat cina, anakmu kemarin juga begitu.” Kali ini sayapun luluh, menuruti saja kata ibu dari anak-anak saya.
Tiba di toko obat cina, terlihat beberapa anak yang keluar dari dalam toko dengan tenggorokan penuh tinta seperti tertulis mantra cina. Apakah saya akan diperlakukan sama?