Sebuah iklan kelas menulis opini, tiba-tiba muncul pada laman akun Twitter saya. Algoritma aplikasi ini ternyata telah membawa mata, pikiran dan jari saya untuk mengetahui lebih jauh mengenai kelas menulis opini tersebut.
Kelas menulis opini level basic tersebut ditawarkan oleh Omong-Omong Institute selama tiga kali pertemuan daring di Bulan Mei tahun 2023. Institute atau sekolah ini merupakan bagian dari Yayasan Okky Madasari. Selain pelatihan menulis Opini, OM Institute juga memfasilitasi kelas menulis cerita anak, English Writing Workshop dan juga menulis cerpen.
Nama Okky Madasari nampaknya tidak asing di ingatan saya, pertemuan saya pertama kali dengan Mbak Okky -- sapaan Okky Madasari--- melalui karyanya pada kumpulan cerpen pilihan Kompas tahun 2020 dengan judul "Sendiri-sendiri."
Tawaran menulis opini oleh Mbak Okky ini langsung memantik keingitahuan saya. Bukan tanpa sebab, selama ini dia dikenal sebagai penulis cerpen dan novelis. Kalimat tanya yang muncul di benak saya saat itu yaitu: Bagaimana seorang novelis menulis opini?
Karena bagaimanapun gaya kepenulisan cerita novel dan cerpen tentu jauh berbeda dengan gaya penulisan opini yang saya tahu. Jawaban tersebut akhirnya saya dapatkan di pertemuan pertama.
"Setiap orang punya kemampuan untuk menulis semua genre, baik fiksi maupun opini." Ujarnya disela-sela pertemuan.
Pertemuan pertamapun telah membuka wawasan saya mengenai enam cara membuka tulisan sebuah opini. Di antara enam cara tersebut, "teknik bercerita" selalu menarik perhatian saya.
Bagaimana tidak, hari ini jutaan content bacaan maupun artikel di media digital maupun platform media sosial menuntut perhatian kita. Pada akhirnya, keputusan membaca keseluruan setiap tulisan maupun artikerl tergantung pada paragraf pembuka, menarik atau tidak.
Teknik bercerita di awal tulisan bagi saya setidaknya harus mampu membangun hubungan emosional dengan pembaca, terlebih jika tulisan tersebut dibumbui cerita kemanusiaan (human interest) yang aktual disertai pilihan diksi yang kuat.
Pelatihan ini betul-betul dilakukan melalui praktik menulis, setiap peserta diberikan ruang untuk menyampaikan konsep tulisannya masing-masing sambil disisipi materi maupun teori oleh Mbak Okky.
Setiap tulisan opini yang telah dibuat, setiap paragrafnya dibahas dan ditelanjangi dalam dua jam pertemuan setiap sesi. Setiap orang bebas berinteraksi dan bertanya kepada Mbak Okky. Setiap orang diberikan kesempatan untuk mengutarakan pendapatnya. Kekuatan Mbak Okky yang aktraktif telah menjadikan kelas begitu aktif.
Pelatihan ini juga menjelaskan bagaimana mengungkapkan argumentasi dan cara merangkai paragraph sebagai kekuatan dalam menulis opini. Â Sesi terakhir dalam rangkaian kelas tersebut menjelaskan bagaimana menutup tulisan opini dengan kalimat penutup yang mengunci dan bagaimana membubuhkan judul yang menarik untuk sebuah tulisan opini.
Menyelami tulisan Mbak Okky yang menjadi rujukan dalam pelatihan ini, memberi saya pemahaman bahwa tulisan opini tidak hanya melulu sebatas membeberkan angka-angka. Memperbandingkan fenomena dan fakta juga bisa dilakukan dalam merangkai sebuah tulisan opini.
Tulisan Mbak Okky yang kaya akan budaya, kritis pada masalah sosial, ketidakadilan maupun diskriminasi, telah membuka pandangan baru bagi saya dalam gaya menulis opini. Kedepan, alangkah lebih baik jika dalam satu sesi  kelas tersebut juga diberikan waktu untuk membedah tulisan opini di berbagai media.
Mengikuti kelas ini pada akhirnya membawa saya pada satu titik pemahaman bahwa pada hakikatnya menulis adalah proses kreatif unutk membuat karya seni. Genre apa pun yang akan kita tulis, baik fiksi, non fiksi maupun opini, proses menulis ternyata selalu melibatkan penghayatan jiwa maupun emosi untuk mengelola gagasan, karya dan mengungkapkan imajinasi.
Pengalaman mengikuti kelas menulis ini juga ternyata memberi saya waktu untuk mengurai mental block yang saya alami dalam menulis. Pikiran saya seperti disegarkan kembali. Otak saya dipaksa untuk berpikir kritis lagi dan tangan saya seperti diajarkan untuk berlatih berkali-kali.Â
Â
Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H