Setiap tulisan opini yang telah dibuat, setiap paragrafnya dibahas dan ditelanjangi dalam dua jam pertemuan setiap sesi. Setiap orang bebas berinteraksi dan bertanya kepada Mbak Okky. Setiap orang diberikan kesempatan untuk mengutarakan pendapatnya. Kekuatan Mbak Okky yang aktraktif telah menjadikan kelas begitu aktif.
Pelatihan ini juga menjelaskan bagaimana mengungkapkan argumentasi dan cara merangkai paragraph sebagai kekuatan dalam menulis opini. Â Sesi terakhir dalam rangkaian kelas tersebut menjelaskan bagaimana menutup tulisan opini dengan kalimat penutup yang mengunci dan bagaimana membubuhkan judul yang menarik untuk sebuah tulisan opini.
Menyelami tulisan Mbak Okky yang menjadi rujukan dalam pelatihan ini, memberi saya pemahaman bahwa tulisan opini tidak hanya melulu sebatas membeberkan angka-angka. Memperbandingkan fenomena dan fakta juga bisa dilakukan dalam merangkai sebuah tulisan opini.
Tulisan Mbak Okky yang kaya akan budaya, kritis pada masalah sosial, ketidakadilan maupun diskriminasi, telah membuka pandangan baru bagi saya dalam gaya menulis opini. Kedepan, alangkah lebih baik jika dalam satu sesi  kelas tersebut juga diberikan waktu untuk membedah tulisan opini di berbagai media.
Mengikuti kelas ini pada akhirnya membawa saya pada satu titik pemahaman bahwa pada hakikatnya menulis adalah proses kreatif unutk membuat karya seni. Genre apa pun yang akan kita tulis, baik fiksi, non fiksi maupun opini, proses menulis ternyata selalu melibatkan penghayatan jiwa maupun emosi untuk mengelola gagasan, karya dan mengungkapkan imajinasi.
Pengalaman mengikuti kelas menulis ini juga ternyata memberi saya waktu untuk mengurai mental block yang saya alami dalam menulis. Pikiran saya seperti disegarkan kembali. Otak saya dipaksa untuk berpikir kritis lagi dan tangan saya seperti diajarkan untuk berlatih berkali-kali.Â
Â
Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H