Mohon tunggu...
Suryokoco Suryoputro
Suryokoco Suryoputro Mohon Tunggu... Wiraswasta - Desa - Kopi - Tembakau - Perantauan

Berbagi pandangan tentang Desa, Kopi dan Tembakau untuk Indonesia. Aktif di Organisasi Relawan Pemberdayaan Desa Nusantara, Koperasi Komunitas Desa Indonesia, Komunitas Perokok Bijak, Komuitas Moblie Journalis Indonesia dan beberapa organisasi komunitas perantau

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Polisi, Jaksa, Kepala Desa dalam Omongan Mantan Kades @KompasianaDESA

1 Februari 2025   15:36 Diperbarui: 1 Februari 2025   15:36 258
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Mbah Manten menghela napas panjang. “Karena mereka masih anggap kades ini bodoh dan tukang korupsi.” senyum sinis mbah manten menyertai omongannya

Sutarjo mengangguk. “Pendamping desa juga pada ngga paham kalo ditanya, Mbah.”

“Itulah nasibmu. Nggak ada yang bimbing, tapi banyak yang ngawasi.”

Hening sejenak. Hanya terdengar suara Mbok Darmi yang sibuk menggoreng tempe dan pelanggan lain yang asyik berbincang.

Mbah Manten menepuk bahu Sutarjo dengan penuh arti. “Ingat, kades itu orang pilihan. Kamu adalah dalang yang bisa ngatur wayang. Semua ada di tanganmu. Mengatur bukan hanya soal aturan, tapi juga seni. Seni menjaga hubungan, seni mengatur anggaran, dan seni bicara.”

Sutarjo termenung. Ia memahami maksud Mbah Manten. Jadi kepala desa bukan hanya soal membangun jalan atau membuat laporan ke pusat, tapi juga bagaimana menjaga hubungan dengan semua pihak agar pembangunan bisa berjalan lancar tanpa gangguan yang tak perlu.

Mereka terus mengobrol, membahas rencana pembangunan desa, kebutuhan warga, hingga strategi menghadapi aturan-aturan baru. Kopi di cangkir mereka tinggal ampas, gorengan di piring pun sudah habis.

Saat matahari mulai condong ke barat, Mbah Manten bangkit dari duduknya. “Sudah, Jo. Ingat yang aku bilang tadi. Dalang yang baik bukan yang sekadar memainkan wayang, tapi yang bisa mengendalikan cerita sampai tuntas tanpa gaduh.”

Sutarjo tersenyum. “Siap, Mbah. Saya belajar dari yang sudah pengalaman.”

Mbah Manten menepuk pundaknya sekali lagi. “Bagus. Kades harus cerdas, bukan cuma pusing.”

Dengan langkah santai, mereka meninggalkan warung Mbok Darmi, sementara obrolan sore itu masih terngiang di benak Sutarjo.  Dalam benaknya ada yang masih menganjal, ngga diganggu wartawan dan LSM kalo diganggu Polisi dan Jaksa apa ngga lebih repot? semoga semua jaksa dan babinkamtibmas orang orang baik yang benar benar mendampingi bukan ngrecoki.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun