Setelah menikmati makanan, mereka berjalan menuju rumah terbuka yang diadakan oleh keluarga Li, salah satu keluarga Tionghoa yang tinggal di Kota Bahagia. Rumah keluarga Li dihiasi dengan ornamen khas Imlek, dan suasana hangat langsung menyambut kedatangan Mia dan Rina. Di sana, mereka disuguhi berbagai hidangan khas Imlek dan mendengarkan cerita tentang tradisi yang telah berlangsung turun-temurun.
"Mia, kamu tahu nggak, mie panjang umur itu artinya doa supaya kita diberi umur panjang dan hidup yang bahagia?" tanya Ibu Li sambil menyuapkan mie kepada Mia. Mia mengangguk dengan penuh perhatian, merasa sangat dihargai dan diterima di tengah keluarga besar yang ada.
Setelah makan, mereka semua berkumpul di halaman untuk menyaksikan pertunjukan barongsai yang dipersembahkan oleh kelompok seni lokal. Barongsai adalah bagian tak terpisahkan dari perayaan Imlek di Kota Bahagia. Mia terpesona dengan gerakan lincah dan warna-warni kostum para pemain barongsai. Tarian itu begitu hidup dan penuh energi, membuatnya semakin jatuh cinta dengan atmosfer Imlek yang penuh semangat.
Pertunjukan barongsai itu semakin meriah saat salah satu pemain memanjat tiang tinggi, menunjukkan keterampilan luar biasa. Mia tidak bisa berhenti mengagumi keindahan tarian yang penuh simbolisme ini. "Barongsai ini melambangkan semangat dan keberanian, Mia," kata Rina, yang tahu betul tentang budaya ini. "Dan tentunya, doa agar kita semua mendapat berkah dan keberuntungan."
Yang membuat Mia semakin terkesan adalah penampilan berikutnya: pentas wayang potehi. Wayang potehi adalah seni pertunjukan tradisional Tionghoa yang menggunakan boneka kain yang dikendalikan oleh tangan. Mia dan Rina duduk di depan panggung kecil yang didirikan di halaman rumah keluarga Li, menyaksikan para dalang memperagakan cerita yang penuh dengan pesan moral.
Wayang potehi di Kota Bahagia selalu menjadi acara yang sangat dinanti. Meskipun menggunakan boneka, cerita yang disampaikan sangat hidup dan menarik. Mia terpukau oleh kemampuan para dalang menghidupkan karakter-karakter dalam cerita dengan gerakan tangan yang terampil. Pertunjukan itu mengisahkan tentang keberanian, kebijaksanaan, dan pentingnya menjunjung tinggi nilai-nilai luhur dalam kehidupan.
Pada malam itu, Mia merasa sangat beruntung bisa berada di Kota Bahagia, di mana Imlek dirayakan dengan penuh semangat kebersamaan. Ketika acara hampir berakhir, Mia mengingat sebuah tradisi yang sering dilihatnya di kota ini---tradisi saling memberi ucapan selamat Imlek.
Pagi berikutnya, Mia memutuskan untuk mengunjungi rumah Pak Dedi dan keluarganya, membawa angpao kecil sebagai simbol kebahagiaan dan harapan baik. "Gong Xi Fa Cai!" ucap Mia dengan tulus saat berdiri di depan pintu rumah Pak Dedi. Pak Dedi membalas senyuman Mia, "Terima kasih, Mia. Semoga tahun baru ini membawa keberuntungan untuk kita semua!"
Mia pulang dengan perasaan hangat di dalam hati. Ia merasa sangat diterima dan dihargai di Kota Bahagia. Ia menyadari, bahwa meskipun latar belakang mereka berbeda, kebahagiaan itu terasa lebih lengkap saat dibagikan bersama. Imlek di Kota Bahagia bukan hanya sekadar perayaan Tahun Baru Tionghoa, melainkan sebuah simbol persatuan dalam keberagaman yang mengikat semua warga, tanpa membedakan suku, agama, atau budaya. Dan bagi Mia, itu adalah pengalaman yang tak akan pernah terlupakan.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI